Cara kerja dan fungsi knock sensor
Setelah sebelumnya kita sudah membahas tentang fungsi dan cara kerja water temperature sensor, kali ini ombro akan kembali melanjutkan pembahasan tentang cara kerja dan fungsi knock sensor pada mobil injeksi.
Knock sensor atau disebut knocking sensor atau sensor ketukan merupakan salah satu sensor pada sistem EFI yang berfungsi untuk mendeteksi besarnya getaran dan ketukan yang terjadi pada mesin. Oleh karenanya knock sensor ini umumnya dipasang langsung pada dinding blok mesin, kepala silinder, ataupun pada bagian intake.
Knocking pada mesin bensin terjadi akibat adanya tumbukan diantara beberapa gelombang bertekanan dengan dinding silinder mesin. Tumbukan ini umumnya berasal dari adanya peristiwa "pre-ignition" di dalam siliner mesin, yaitu peristiwa terbakarnya campuran udara dan bahan bakar di dalam mesin sebelum busi memercikan apinya.
Kali ini ombro tidak akan panjang lebar membahas maslah knocking ini, untuk lebih jelasnya sobat bisa membacanya lebih lengkap pada artikel memahami knocking (detonasi) pada mesin bensin yang sudah pernah ombro posting sebelumnya.
Terjadinya knocking pada mesin akan berimbas pada tenaga yang dihasilkan mesin, mesin menjadi kurang tenaga namun lebih boros bahan bakar. Oleh karena itu digunakanlah knock sensor yang berfungsi untuk mengurangi gejala knocking yang terjadi pada mesin.
Didalam knock sensor terdapat komponen elektronik yang bernama piezoelectric. Piezoelectric ini akan menghasilkan nilai tegangan listrik yang akan di kirimkan ke ECM ketika terjadi ketukan atau getaran berlebih pada mesin.
Ya, komponen piezoelectric ini tentunya sudah disinkronkan dengan ketukan normal mesin, sehingga ketika terjadi perubahan pola dan frekuensi ketukan yang terjadi pada mesin, maka piezoelectric ini akan menghasilkan nilai tegangan listrik yang masuk ke ECM untuk kemudian digunakan ke ECM sebagai data input. Perhatikan skema kelistrikan knock sensor dengan ECM pada gambar di bawah ini
Ketika mesin mengalami knocking, maka knock sensor akan mendeteksi dan menyerap getaran dan ketukan yang terjadi di mesin. Getaran dan ketukan yang terjadi akibat knocking ini akan membua piezoelectric menghasilkan nilai tegangan untuk digunakan sebagai data input dari ECM.
Semakin besar knocking dan getaran yang terjadi dimesin, maka akan semakin tinggi pula nilai tegangan yang dikeluarkan oleh knock sensor menuju ke ECM. Perubahan tegangan ini kemudian di baca oleh ECM sebagai tanda bahwa telah terjadi knocking di mesin. Perhatikan pada grafik yang menunjukan perubahan tegangan ketika terjadi knocking pada knock sensor dibawah ini
Ketika ECM membaca bahwa telah terjadi knocking berdasarkan nilai pada knock sensor, maka ECM akan mengatur dan menurunkan Ignition timing beberapa derajat sehingga gejala knocking bisa dikurangi atau dihilangkan.
ECM tetap akan mengevaluasi kondisi tersebut selama mesin berputar dan kembali memajukan posisi ignition timing agar mesin dapat bekerja optimal. Penurunan ignition timing akan dilakukan oleh ECM saat knocking terjadi kembali.
Artikel ini diarsipkan pada kategori : Teori-Otomotif
Knock sensor atau disebut knocking sensor atau sensor ketukan merupakan salah satu sensor pada sistem EFI yang berfungsi untuk mendeteksi besarnya getaran dan ketukan yang terjadi pada mesin. Oleh karenanya knock sensor ini umumnya dipasang langsung pada dinding blok mesin, kepala silinder, ataupun pada bagian intake.
Knocking pada mesin bensin terjadi akibat adanya tumbukan diantara beberapa gelombang bertekanan dengan dinding silinder mesin. Tumbukan ini umumnya berasal dari adanya peristiwa "pre-ignition" di dalam siliner mesin, yaitu peristiwa terbakarnya campuran udara dan bahan bakar di dalam mesin sebelum busi memercikan apinya.
Kali ini ombro tidak akan panjang lebar membahas maslah knocking ini, untuk lebih jelasnya sobat bisa membacanya lebih lengkap pada artikel memahami knocking (detonasi) pada mesin bensin yang sudah pernah ombro posting sebelumnya.
Terjadinya knocking pada mesin akan berimbas pada tenaga yang dihasilkan mesin, mesin menjadi kurang tenaga namun lebih boros bahan bakar. Oleh karena itu digunakanlah knock sensor yang berfungsi untuk mengurangi gejala knocking yang terjadi pada mesin.
Cara kerja knock sensor
Didalam knock sensor terdapat komponen elektronik yang bernama piezoelectric. Piezoelectric ini akan menghasilkan nilai tegangan listrik yang akan di kirimkan ke ECM ketika terjadi ketukan atau getaran berlebih pada mesin.
Ya, komponen piezoelectric ini tentunya sudah disinkronkan dengan ketukan normal mesin, sehingga ketika terjadi perubahan pola dan frekuensi ketukan yang terjadi pada mesin, maka piezoelectric ini akan menghasilkan nilai tegangan listrik yang masuk ke ECM untuk kemudian digunakan ke ECM sebagai data input. Perhatikan skema kelistrikan knock sensor dengan ECM pada gambar di bawah ini
Ketika mesin mengalami knocking, maka knock sensor akan mendeteksi dan menyerap getaran dan ketukan yang terjadi di mesin. Getaran dan ketukan yang terjadi akibat knocking ini akan membua piezoelectric menghasilkan nilai tegangan untuk digunakan sebagai data input dari ECM.
Semakin besar knocking dan getaran yang terjadi dimesin, maka akan semakin tinggi pula nilai tegangan yang dikeluarkan oleh knock sensor menuju ke ECM. Perubahan tegangan ini kemudian di baca oleh ECM sebagai tanda bahwa telah terjadi knocking di mesin. Perhatikan pada grafik yang menunjukan perubahan tegangan ketika terjadi knocking pada knock sensor dibawah ini
Ketika ECM membaca bahwa telah terjadi knocking berdasarkan nilai pada knock sensor, maka ECM akan mengatur dan menurunkan Ignition timing beberapa derajat sehingga gejala knocking bisa dikurangi atau dihilangkan.
ECM tetap akan mengevaluasi kondisi tersebut selama mesin berputar dan kembali memajukan posisi ignition timing agar mesin dapat bekerja optimal. Penurunan ignition timing akan dilakukan oleh ECM saat knocking terjadi kembali.
Artikel ini diarsipkan pada kategori : Teori-Otomotif
Post a Comment for "Cara kerja dan fungsi knock sensor"
Post a Comment
Berkomentar dengan bijak dan sesuai topik artikel.