Memahami Jenis Penyakit Infectius Pada Ternak

MEMAHAMI JENIS PENYAKIT INFECTIUS PADA TERNAK - Pada pemhasan kali ini sobat akan banyak menemui matan pelajaran Menjelaskan jenis penyakit menular, Membedakan penyakit menular dengan tidak menular.


Memahami Jenis Penyakit Infectius Pada Ternak

Memahami Jenis Penyakit Infectius Pada Ternak

Selai hal tersebut diatas, sobat juga akan mendapati cara menentukan jenis penyakit berdasarkan hasil diagnosis, melaksanakan prosedur pencegahan penularan penyakit. Dimana, setelah melakukan pembelajaran yang sangat baik ini, sobat memiliki keterampilan:
  1. Setelah mempelajari materi tentang memahami jenis penyakit infectious pada ternak, peserta diklat mampu menjelaskan ciri-ciri penyakit menular dan membedakan penyakit menular dengan penyakit tidak menular dengan baik.
  2. Setelah mempelajari materi tentang mengidentifikasi penyakit infectious, peserta diklat mampu menentukan jenis penyakit menular atau tidak menular berdasarkan hasil diagnosis dengan tepat
  3. Setelah melakukan identifikasi penyakit infectious (ruminansia, unggas, dan aneka ternak), peserta diklat mampu melaksanakan prosedur pencegahan penularan penyakit dengan baik.

A. Jenis Penyakit Menular

Berdasarkan penyebabnya penyakit dapat merupakan akibat adanya infeksi mikroorganisme yang merupakan bibit penyakit, dapat pula oleh gangguan fisik atau nonfisik yang bukan termasuk bibit penyakit. Bibit penyakit terdiri atas berbagai jasad renik seperti virus, ricketsia, jamur, bakteri, protozoa, dan parasit. Selain itu ada pula parasit yang sudah sempurna bentuk tubuhnya, baik yang tergolong dalam endoparasit maupun ektoparasit. Penyebab penyakit yang bersifat fisik misalnya panas atau dingin, sedangkan penyebab penyakit yang bersifat nonfisik misalnya gangguan kejiwaan karena stres atau perubahan lingkungan.

B. Perbedaan Penyakit Menular dengan

Penyakit Tidak Menular

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan disfungsi atau kesukaran terhadap organ yang dipengaruhinya. Ternak dikatakan sakit bila organ tubuh ataupun fungsi organ tubuh ternak mengalami kelainan atau tidak dapat berfungsi secara normal.

Adanya perubahan tersebut dapat dilihat dengan pengamatan secara langsung maupun dengan alat bantu. Sakit adalah kondisi terjadinya perubahan baik fisiologis maupun psikologis yang merupakan akibat dari penyebab penyakit.

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat menyebar dari ternak satu ke ternak lainnya. Berdasarkan agen penyebabnya, ke l omp o k p e n y a k i t me n u l a r d i b a g i menjadi:
  1. Kelompok penyakit viral, yaitu penyakit yang disebabkan virus, misalnya PMK.
  2. Kelompok penyakit bakterial, yaitu penyakit yang disebabkan bakteri, misalnya Brucellosis.
  3. Kelompok penyakit parasiter, yaitu penyakit yang disebabkan parasit, misalnya cacingan.
  4. Kelompok penyakit fungal, yaitu penyakit yang disebabkan fungi/jamur

C. Menentukan Jenis Penyakit Berdasarkan Hasil Diagnosis

1. Penyakit Infeksi pada Ternak Ruminansia

Tabel 4.1 Penyakit Infeksi pada Ternak Ruminansia

NO

Penyebab Penyakit

Nama Penyakit

1

Bakteri (Jasad renik atau kuman)

a. PenyakitAntrax (RadangLimpa)

b. Penyakit Ngorok (Septichaemia epizooticae/SE)

c. Penyakit Tuberkulosis

d. Penyakit Mastitis

e. Penyakit Radang Paha (Blackleg)

f. Penyakit Paratuberkulosis

g. Penyakit Leptospirosis

h. Penyakit Vibriosis

i. Penyakit Brucellosis

j. Penyakit Salmonellosis (Paratyphoid)

k. Penyakit Tetanus

l. Penyakit Radang Mata (Pink eye)

m.Penyakit Radang Paru–Paru (Pneumonia)

2

Virus (kuman yang lebih kecil daripada bakteri)

a. Penyakit Mulut dan Kuku / PMK (Aphthae epizooticae/ AE)

b. Penyakit ingusan / Bovine Malignant Catarrh (BMC) /Malignant Catarrhal Fever (MCF)

c. Penyakit Jembrana

d. Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR)/Rhinotracheatistis infectiosa Bovine

e. Penyakit Bovine Viral Diarrhea (BVD)

f. Penyakit Parainfluenza

g. Penyakit Demam Tiga Hari pada Sapi Bovine ephemeral fever (BEF)

h. Penyakit Cacar Sapi

I. Penyakit kutil

3

Protozoa

a. Penyakit Surra

b. Penyakit Piroplasmosis (Babesiosis)

c. Penyakit Anaplasmosis

d. Penyakit Coccidiosis (Berak darah)

e. Penyakit Kelamin Menular

4

Jamur

a. Penyakit Ringworm

b. Penyakit Aktinomikosis

5

Cacing

a. Penyakit Cacing Hati (Fasciolasis)

b. Penyakit Cacing Lambung (Haemonchosis)

c. Penyakit Ascariasis

d. Penyakit Cysticercosis

6

Ektoparasit

a. Penyakit Scabies

b. Penyakit Pediculosis


Dari berbagai penyakit di atas, penyakit yang sering muncul di peternakan ruminansia adalah:

a. Penyakit Antrax atau Radang Limpa

Antrax disebabkan oleh bakteri Bachillus anthraxis. Bakteri ini bentuknya panjang terbungkus kapsul. Bakteri ini membentuk spora sehingga ia mampu bertahan hidup dalam segala cuaca dan dalam waktu bertahun-tahun. Bakteri ini juga bisa hidup dalam suasana anaerob sehingga apabila mereka terbenam ke dalam lapisan tanah tergenang air, dicangkul, atau dibajak maka akan terangkat ke atas.

Masa inkubasi : 1—2 minggu Penularan : melalui pakan, air minum, perdapasan, serta kulit.

Sumber penularan dan penyebar penyakit dapat berupa tanah yang sudah tercemar, air, tanaman yang tumbuh di atasnya, binatang-binatang kecil yang menggigit dan mengisap darah. Kuman ini dapat membentuk spora sehingga dapat tetap hidup bertahun-tahun di dalam tanah.

Gejala sakit:
  1. suhu badan tinggi lebih dari 400 C setelah tiga hari maka suhu akan turun menjadi dingin, terjadi pembesaran limpa (khusus pada ternak sapi)
  2. nafsu makan hilang sama sekali
  3. produksi susu berhenti sama sekali
  4. demam, sesak napas, kekejangan, dan keluar darah dari lubang tubuh
  5. pada awalnya sulit buang kotoran, kemudian menjadi diare, kotoran bercampur air, biasanya juga darah.
  6. kadang-kadang darah ke luar dari mulut, lubang hidung, dan vulva
Cara pencegahan dan pengobatan penyakit Antrax atau Radang Limpa:

Pada sapi-sapi yang masih sehat dilakukan vaksinasi, sedangkan pada sapi-sapi yang sudah tertular diobati dengan antibiotik. Vaksinasi pada hewan dengan menggunakan vaksin max sterne, kekebalan akan timbul sesudah 10—14 hari. Dosis 1 cc, menggunakan anti antrax serum, untuk pencegahan dengan dosis 50—100 cc.

Cara pengobatan menggunakan anti antrax serum untuk pengobatan dengan dosis 100—200 cc. Suntikan antibiotik dengan oxytetracycline pada tingkat penularan diberikan 2 gram, selanjutnya 1 gram tiap hari selama 3—4 hari atau sampai sembuh.

Pada penyakit yang sudah melanjut, mula-mula 4 gram dan selanjutnya 2 gram sampai sembuh, dapat dikombinasikan dengan penicillin, procain 6000—10000 untuk per kilogram berat badan.
sapi terkena penyakit antraks
b. Penyakit Mulut dan Kuku

Penyakit mulut dan kuku (PMK) disebabkan oleh picorna virus. Virus PMK mempunyai 7 tipe yaitu tipetipe A, O, C, Asia 1 dan SAT 1, 2, dan 3, dan telah diketahui banyak subtipe yang pengenalannya semula didasarkan pada perbedaan kelakuan sub tipe-sub tipe. Masa inkubasi: 3—6 hari, penularan melalui pakan dan air minum.

Gejala spesifik: luka atau lepuh pada selaput lendir mulut, kuku, dan celahcelah kuku.

Gejala penyakit yang timbul:
  1. demam, sangat menular, pada sapi muda suhunya dapat mencapai 40—410 C selama 2 hari, sedang pada sapi tua demam yang timbul tidak begitu hebat dan hanya sebentar saja.
  2. sapi penderita akan berdiri tanpa banyak gerakan
  3. mulut penuh dengan lepuh—lepuh atau bengkak yang berisi cairan jernih, lama-kelamaan cairan tersebut menjadi keruh keputihputihan, akhirnya pecah dan menjadi luka-luka.
  4. salivasi meningkat, terbentuk busa di sekitar bibir dan saliva meleler menggantung (hiper salivasi)
  5. lepuh dapat dilihat pada permukaan bibir sebelah dalam, gusi, lidah bagian samping dan belakang
  6. menyerang tajuk kuku dan bola kuku. Bagian bagian yang terserang akan bengkak merah dan terasa sakit sehingga hewan pincang.
Cara pencegahan dan pengobatan penyakit:

Tidak ada pengobatan khusus yang dianjurkan. Pengobatan terhadap komplikasi sekunder yang perlu dilakukan. Pengendalian terhadap penyakit dilakukan dengan pelaksanaan peraturan-peraturan yang berlaku dan vaksinasi tergantung pada keadaan setempat.

Usahakan agar hewan yang sehat tidak berkontak dengan penderita atau hewan yang baru sembuh dan bendabenda yang tercemar. Ternak yang baru datang perlu dikarantina paling sedikit selama 2 minggu. Benda-benda yang sudah berkontak segera didesinfektir, sedang ternak yang penyakitnya sudah parah segera dibunuh dan dibakar. Air susu dari ternak yang menderita penyakit ini masih dapat diminum asal dimasak dahulu.

Vaksinasi yang diberikan akan mendapatkan kekebalan akan timbul 2 minggu sesudah vaksin. Lama kekebalan 6 bulan, pada pedet, kekebalan yang dihasilkan tidak tetap dan tidak sebaik sapi dewasa. Pada keadaan ekstrem, pemberantasan dilakukan dengan pemotongan terhadap semua hewan yang tertular dan yang berkontak dengan penderita/ternak yang sakit.

Pengobatan penyakit dapat dilakukan dengan merendam kuku pada larutan formalin atau larutan natrium karbonat 4%. Sedang luka-luka pada mulut dapat dibersihkan dengan larutan a l u m u n i u m s u l f a t 5 % . U n t u k mencegah infeksi sekunder dapat diberikan obat antibiotik.

c. Brucellosis

Brucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Penyebabnya adalah Brucella abortus. Masa inkubasi tidak tentu, dapat berminggu minggu sampai berbulan bulan (23—230 hari).

Brucellosis merupakan penyakit berisiko tinggi, oleh karena itu alat yang sudah tercemar oleh bakteri brucella tidak bersentuhan dengan manusia. Sebab penyakit ini bersifat zoonosis atau dapat menular ke manusia dan sulit diobati. Namun, manusia dapat mengkonsumsi daging dari ternak yang tertular sebab tidak berbahaya apabila tindakan sanitasi minimum dipenuhi. Gejala spesifik adanya radang dari alat kelamin, terjadinya keguguran dan kemungkinan terjadinya sterilitas.

Gejala sakit:
Ternak yang menderita brucellosis pada umumnya akan menunjukkan gejala keguguran pada masa bunting umur 5 sampai 8 bulan. Sapi yang terinfeksi akan sukar menjadi bunting kembali. Pada air susunya mengandung kuman brucella. Pada sapi jantan yang terserang penyakit ini, gejalagejala yang terlihat adalah terjadi peradangan di dalam epidermis, testis, dan saluran kelamin jantan lainnya. Sering pula terjadi retensio secundinarium yaitu keluarnya placenta setelah melahirkan, tapi hanya sebagian saja, hal inilah yang menyebabkan sterilitas.

Cara pencegahan dan pengobatan penyakit Brucellosis:

Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan dengan memisahkan sapi tang terserang penyakit dengan sapi yang sehat. Bila diduga adanya brucellosis cegah kontak langsung melalui alat alat pakan, minuman, dan padang rumput atau hewan sehat dari hewan yang sakit.

Pengobatan sulit dilakukan dan mempunyai risiko yang tinggi apabila dilakukan maka sebagai langkah pencegahan adalah melalui perbaikan sanitasi kandang dan lingkungannya.

Upaya lain yang perlu dilakukan adalah diberi suntikan vaksin, yaitu untuk sapi pedaging vaksin dilakukan pada umur 3 atau 10 bulan ataupun lebih, sedangkan untuk sapi perah dilakukan pada umur 3 bulan atau 8 bulan.
ternak terserang Brucellosis
d. Cacingan

Cacingan adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh. Infeksi dapat meliputi pada daerah saluran pencernaan atau pada organ hewan. Di Indonesia, banyak ditemukan adanya permasalahan cacingan pada ternak khususnya yang menyerang organ hati.

Masalah cacingan pada ternak domba, kambing, dan sapi umumnya akan berdampak pada produktivitas ternak. Masalah ini bahkan dapat menjadi masalah utama yang harus segera diselesaikan karena menimbulkan berbagai macam kerugian baik secara klinis maupun ekonomis.

Secara klinis infeksi cacing dapat menyebabkan penurunan bobot badan sekitar 20%, kehilangan cairan tubuh, penurunan daya tahan tubuh, bahkan dapat menyebabkan kematian ternak. Cacingan ini bila dibiarkan akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.

Peternakan di Indonesia sebagian besar merupakan peternakan rakyat. Sistem manajemen peternakannya masih dikelola secara tradisional. Sistem ini mengakibatkan timbulnya berbagai macam infeksi penyakit contohnya cacing. Infeksi cacing dapat terjadi akibat sanitasi dan kebersihan kandang yang kurang baik.

Kondisi lingkungan turut mempengaruhi infeksi cacing pada ternak ruminansia. Kelembapan udara yang tinggi dapat menyebabkan populasi cacing tinggi karena kondisi tersebut sangat disukai oleh cacing. Kondisi tersebut juga s a n g a t c o c o k s e b a g a i t e m p a t pertumbuhan siput sebagai hewan vektor untuk cacing pada ternak. Dari berbagai macam faktor tersebut, wilayah Indonesia menjadi daerah yang cukup rentan terhadap infeksi cacing pada ternak.

Pengendalian penyakit cacing adalah salah satu cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari usaha peternakan sapi potong.

Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Memberantas penyakit cacing sejak dini

Ternak sapi potong yang berasal dari peternakan sapi tradisional umumnya terkena penyakit cacing.
Oleh sebab itu, segera beri obat cacing pada bibit ternak sapi yang baru dibeli. Jika didiamkan dan penyakit cacingnya semakin parah, pengobatan akan sia-sia. Setelah itu, lakukan pengobatan secara rutin untuk memotong siklus hidup cacing. Seperti cacing nematoda yang siklus hidupnya kurang lebih satu setengah bulan, maka berikan pengobatan dua bulan sekali.

2) Perhatikan sanitasi pada kandang dan lingkungannya
  • Atur drainase kandang dan lingkungan, agar tidak lembab, basah, atau banyak kubangan air
  • Bersihkan rumput-rumput liar yang ada di sekitar kandang.
  • Berantas perantara perkembangan yaitu siput, sebaiknya secara biologi, misalnya dengan pemeliharaan itik/bebek
  • Atur ventilasi di dalam kandang a g a r a l i ra n u d a ra b e r j a l a n dengan baik. Usahkan populasi ternak sapi di dalam kandang tidak terlalu padat
  • Selalu menjaga kebersihan kandang, berikut sarana pendukung serta peralatannya
  • Berikan pakan dan air minum yang terjamin kebersihannya
  • Hindari penumpukan sisa pakan
3) Sistem penggembalaan

Jika pemeliharaan menggunakan sistem penggembalaan, hindari lahan penggembalaan becek.  Selanjutnya usahakan penggembalaan di lokasi yang bergilir, jangan menggunakan padang penggembalaan yang sama secara terus-menerus. Hindari menggembala di padang rumput yang diberi pupuk kandang yang tidak jelas asal-usulnya.

Ada beberapa jenis cacing yang sering menginfeksi ternak, antara lain adalah Haemonchus contortus, Fasciola sp, Toxocara vitulorum, Oesophagostomum sp, Bunostomum sp, Trichostrongylus sp, Moniezea, dan masih banyak lagi jenis cacing yang dapat menginfeksi ternak. Umumnya infeksi cacing menyerang pada saluran pencernaan dengan kondisi hewan yang masih muda.

Misalnya, Haemonchus contortus me r u p a ka n c a c i n g n ema t o d a gastrointestinal yang penting pada ternak ruminansia kecil yaitu domba dan kambing.

Gejala klinis ternak yang terserang cacingan:
  1. Diare profus (terus-menerus)
  2. Feses lembek sampai encer, berlendir, dan disertai keluarnya segmen-segmen cacing dari lubang anus
  3. Anoreksia (nafsu makan berkurang)
  4. Penurunan berat badan, penurunan kualitas daging, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada ternak potong dan kerja
  5. Bulu kasar, kusam, kaku, dan berdiri.
Cara pencegahan:
  1. Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya
  2. Menghindari kepadatan dalam kandang
  3. Memisahkan antara ternak muda dan dewasa
  4. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
  5. Menghindari tempat-tempat yang becek
  6. Menghindari penggembalaan yang terlalu pagi
  7. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara teratur
Siklus hidup dari cacing umumnya sama, ternak biasanya terinfeksi telur cacing yang masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan. Di dalam tubuh, cacing kemudian berkembang biak. Setiap jenis cacing biasanya menyerang organ yang berbeda-beda.

Ada yang menyerang dan menetap di saluran pencernaan, ada juga yang bermigrasi ke organ tubuh. Cacing dewasa dalam tubuh ternak akan berkembang biak dan menghasilkan telur. Telur ini kemudian akan dikeluarkan lagi melalui feses dan melanjutkan siklus hidupnya kembali.
Siklus Hidup Cacing Perut

Siklus Hidup Cacing Paru-paru

Siklus Kehidupan Cacing Hati
1. Penyakit Cacing Hati

Penyakit ini disebabkan oleh tremato-da genus Fasciola, fascioloides, dan Dicrocoelium. Penyakit ini menye-rang ternak sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Selain tumbuh dan berkembang di hati, dapat juga tumbuh di paru-paru, otak, dan limpa. Penularan dan penyebaran penyakit ini melalui pakan dan air minum, khususnya melalui dedaunan atau rerumputan yang telah ditulari larva.

Fasciolasis atau distimatosis pada sapi, kerbau, domba, dan kambing dapat berlangsung a k u t ma u p u n k ro n i k . Pa d a domba yang akut dapat menyebabkan mati mendadak tanpa gejala klinis sebelumnya.

Pada domba yang terinfeksi tampak lesu, lemah, anoreksia, pucat, oedema pada mukosa konjungtiva. Pada domba yang subakut mengakibatkan anemia, kelesuan, dan pertum-buhan terham-bat serta tidak terjadi pertambahan berat ba-dan.

Cara pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan:

Di daerah peternakan sapi dan domba pengendalian terhadap parasit gastro intestinal harus  dilakukan secara rutin. Perlujuga dilakukan pemberan-tasan pada siput misalnya dengan CuSO4.

2. Penyakit Infeksi pada Ternak Unggas

Tabel 4.2 Penyakit Infeksi pada Ternak Unggas

NO

Penyebab Penyakit

Nama Penyakit

1

Virus

a. Newcastle Disease (ND)

b. Cronic Respiratory Disease (CRD)

c. Cacar Unggas (Fowl Pox)

d. Infectious Laryngo Tracheitis (ILT)

e. Avian Leucosis Complex (Komplek Leukosis Unggas)

f. Infectious Bronkhitis (IB)

g. Marek

h. Gumboro

2

Bakteri

a. Pulorum

b. Kolera Unggas

c. Salmonelosis

d. Snot (Coryza

e. Fowl Typhoid (Tifus Unggas)

f. Tuberkulosis

3

Protozoa

a. Koksidiosis (Berak Darah)

b. Leucozytozoonosis

c. Avian malaria (Malaria Unggas)


Di antara penyakit unggas yang perlu diwaspadai adalah:

a. Newcastle Disease (ND) atau Tetelo

Penyakit ini muncul di Inggris tahun 1926. Penyakit ini mematikan dan belum ada obat yang manjur. Gejalanya spesifiknya adalah muncul gejala gangguan saraf seperti kaki lumpuh, jalan seret, dan leher terpuntir (tortikolis). Akibatnya jalan berputarputar, suara serak, lubang hidung keluar lendir, susah bernapas, muka bengkak, paralys/lumpuh, gemetar, batuk, bersin, ngorok, diare dengan berak kehijauankehijauan.

Penyakit ND merupakan suatu p e n y a k i t p e r n a p a s a n d a n sistemik, yang bersifat akut dan mudah sekali menular. Penyakit ini dapat menurunkan produksi telur, gangguan pertumbuhan, biaya penanggulangan penyakit yang tinggi.

Cara pencegahan dan pengobatan penyakit:

Pengobatan dengan antibiotik hanya bertujuan untuk mengobati infeksi sekunder saja yang disebabkan oleh bakteri, misalnya adanya infeksi bakteri e-coli. Selain itu juga perlu dilakukan pengobatan suportif untuk mempercepat penyembuhan yaitu dengan pemberian multivitamin. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi, sanitasi yang baik, dan implementasi program biosecurity yang baik.
ternak terserang penyakit tetelo
b.Gumboro (Infectious Bursal Disease)

Penyakit ini menyerang system kekebalan tubuh, terutama bursa fabrisius dan thymus sebagai benteng pertahanan ayam dari penyakit.

Gejala klinis ayam yang terkena gumboro adalah sebagai berikut.
  1. Ayam kelihatan lesu dan mengantuk
  2. Bulu kotor di sekitar kloaka
  3. Terjadi diare berwarna putih dan encer
  4. Ayam tidur dengan sikap membungkuk dan apabila tidur paruh diletakkan dilantai
  5. Ayam sering mematuk di sekitar kloaka karena bursa mengalami peradangan
  6. Ayam terlihat menggigil dan gemetar
Pengobatan penyakit gumboro belum ada. Pemberian antibiotik hanya dapat mencegah timbul- nya penyakit sekunder. Bahkan pemberian antibiotik tidak dapat memberikan efek pengobatan.

Langkah langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
  1. Meningkatkan sanitasi kandang dan peralatan
  2. B a g i p e t e r n a k a n y a n g terserang penyakit ini dianjurkan untuk mengosongkan kandang secara total untuk sementara, sisa pakan yang tercemar untuk dimusnahkan
  3. Melakukan vaksinasi, dengan v a k s i n y a n g m e m p u n y a i virulensi besar untuk ayam dara dan induk, serta vaksin yang avirulen untuk anak ayam.
penyakit gumboro pada ayam
c. Berak kapur (Pullorum Disease)

Penyakit ini menyerang anak ayam  umur 1 — 1 0 hari . Penyebabnya adalah Samonela pullorum. 

Gejala yang ditimbulkan dapat dilihat pada anak unggas yang baru menetas, adalah sebagai berikut. 
  1. k o t o r a n b e r w a r n a p u t i h berlendir dan banyak melekat pada kloaka.
  2. s a y a p t a m p a k k u s u t d a n menggantung
  3. jengger pucat
  4. a n a k - a n a k u n g g a s berkerumun di bawah lampu pemanas seolah seolah kedinginan.
  5. Anak-anak ayam tampak lesu dan tidak nafsu makan, mata dipejamkan dan sayap agak terkulai.
  6. Biasanya terjadi diare yang mula-mula berwarna kehijauan, lambat laun menjadi berwarna putih dan berbusa serta melekat pada bulu-bulu sekitar kloaka
  7. Anak-anak unggas penderita pullorum biasanya mengalami kematian yang banyak, terjadi pada umur 1—3 minggu.
d. CRD (Cronic Respiratory Disease)

Penyakit ini menyerang unggas umur 4—9 minggu. Penyebabnya adalah Mycoplasma gallisepticum.
Penyakit CRD mempunyai gejala y a n g h a m p i r s a m a d e n g a n penyakit pernapasan lainnya, misalnya snot. Tanda-tanda klinis di antaranya:
  1. batuk yang disertai ngorok serta bersin-bersin
  2. keluar cairan dari lubang hidung
  3. nafsu makan berkurang
  4. berat badan turun
  5. anak ayam pertumbuhannya terhambat
  6. pada ayam dewasa dapat menyebabkan penurunan produksi telur sampai 50%.
Cara pencegahan dan pengobatan penyakit:

Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara:
  1. Menghindari stres pada ayam
  2. Tidak mencampur ayam yang berbeda umur
  3. Menempatkan ayam tidak melebihi kapasitas kandang
  4. Mengadakan vaksinasi CRD
  5. Pada program pembibitan perlu dilakukan dipping telur ayam tetas dalam tilosin atau eritromisin.
Pengobatan penyakit CRD hanya bertujuan untuk mengobati infeksi sekunder dari mikroorganisme lain, dengan cara pemberian antibiotik, misalnya khlortetrasiklin, oksite-trasiklin, dan eritromisin.
ayam terkena pullorum
e. Berak Darah (Coccidiosis)

Penyebabnya adalah Eimeria tenella dan Eimeria necatrix.

Menyerang unggas umur 1—10 m i n g g u . P e n y a k i t i n i b i s a menyebabkan kematian mendadak.

Gejalanya adalah:
  1. Ternak terlihat lesu dan pucat
  2. sayap terkulai ke bawah dan sering menggigil seperti kedinginan
  3. kotoran berwarna cokelat campur darah
  4. bulu tampak kusam, tidak lagi mengkilat
  5. nafsu makan menurun
  6. sering bergerombol di tepi atau di sudut kandang dan kelihatan mengantuk terus
  7. biasanya anak unggas mati dalam 6—10 hari setelah terlihat gejala sakit dan angka kematian mencapai 70%.
Cara Pencegahan dan Pengobatan:

Pengobatan dilakukan dengan cara pemberian obat sulfa, pencegahan dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan unggas dilakukan di kandang yang beralas kawat, untuk menghindari unggas mengkonsumsi kotorannya sendiri dan pemberian koksidiostat.
penyakit berak darah pada ayam

D. Melaksanakan Prosedur Pencegahan Penularan Penyakit

1. Penyakit Infeksi pada Aneka Ternak

Tabel 4.3 Jenis Penyakit Pada Aneka Ternak

NO

Penyebab Penyakit

Nama Penyakit

1

Virus

a. PMK pada Babi

b. Parainfluenza pada Kuda

c. Cacar pada Kuda

d. Rabies pada Anjing

e. Cacar Unggas pada Kalkun, Angsa

f. Ensefalomieltis pada Kalkun

2

Bakteri

a.Anthrax pada Kuda dan Babi

b.Ngorok pada Kuda dan Babi

c.Tuberkulosis pada Kuda dan Babi

d.Radang Paha pada Babi

3

Protozoa

a.Sura pada Kuda

b.Piroplasmosis pada Kuda dan Babi

c.Coccidiosis pada Kelinci dan Kalkun

4

Jamur

a.Ringworm pada Kuda dan Kelinci

b.Actinomicosis pada Babi

c.Aspergillosis pada Kalkun

d.Favus (Jengger putih) pada Kalkun

5

Cacing

a.Cacing Hati pada Kuda

b.Askariasis pada Kuda dan Babi

c.Cystecercosis pada Babi

d.Cacing Tembolok pada Merpati

6

Ektoparasit

a.Scabies pada Kelinci, Kuda, Babi, Kucing dan Anjing

b.Pediculosis pada Kuda dan Babi


Penyakit pada Aneka Ternak yang harus diwaspadai adalah

a. Rabies (anjing gila)

Penyebab penyakit:
Penyakit rabies dikenal juga dengan nama penyakit anjing gila. Penyakit ini d i s e b a b ka n o l e h v i r u s . S e l a i n menyerang anjing, diketahui juga dapat menyerang hewan lain seperti kucing, kera, babi, sapi, dan kerbau. Penularan terjadi melalui gigitan hewan penderita atau jilatan hewan penderita pada luka hewan sehat yang terbuka.

Virus masuk melalui ujung saraf, kemudian menyebar ke saraf pusat, dan sampai ke jaringan otak. Virus tersebut akan berkembang biak dan merusak sel–sel otak. Rabies termasuk kelompok penyakit zoonosis yang dapat menular juga pada manusia.

Gejala sakit
Gejala sakit yang ditimbulkan karena penyakit rabies ini antara lain:
  1. Anjing atau hewan lain yang terinfeksi penyakit rabies ditandai dengan sifat ganas yang tidak terkendali
  2. Suka menggigit hewan lainnya dan manusia
  3. Memperlihatkan kegelisahan yang luar biasa
  4. Sering gaduh dan berteriak dengan suara yang ganjil (aneh)
  5. Nafsu makan hilang
  6. Apabila didekati makananan, makanan tersebut hanya diendus saja.
  7. Sebaliknya penderita suka mengunyah benda-benda keras di sekelilingnya
  8. Pada tingkat selanjutnya, penderita sering kejang-kejang otot, kelumpuhan kerongkongan, pengeluaran air liur, dan akhirnya mati.
Penentuan diagnosis selain berdasarkan gejala klinis yang timbul juga diperkuat dengan pemeriksaan laboratorium. 

Cara pencegahan dan pengobatan jika penyakit sudah timbul maka pengobatan tidak akan dapat menolong.

Upaya pencegahan terbaik adalah dengan cara:
  1. Semua hewan piaraan seperti anjing, kucing, kera divaksinasi antirabies secara teratur
  2. Sebaiknya anjing diikat dan tidak dibiarkan berkeliaran
  3. Segera melapor jika diduga ada anjing uang terinfeksi rabies

b. Penyakit mulut dan kuku pada babi

Gejala penyakit:
  1. Lesu, nafsu makan rendah
  2. Demam, suhu tubuh dapat mencapai 410C
  3. Ternak enggan berdiri, kalau berdiri tanpa banyak gerakan
  4. Penurunan bobot badan
  5. Salvias meningkat, terbentuk busa di sekitar bibir dan saliva meleler menggantung karena erosi pada selaput lendir dan lidah
  6. Pembentukan lepuh-lepuh
Cara pencegahan dan pengobatan:

Vaksinasi pada ternak yang sehat dan vaksinasi pada ternak yang dipindahkan dari daerah tersangka tertular ke suatu daerah lain, pembasmian hama semua alat dan barang yang digunakan selama pemeliharaan ternak yang tersangka PMK.

c. Penyakit cacar pada kuda

Penyebab penyakit cacar pada ternak kuda adalah virus cacar.

Gejala penyakit yang dapat diamati:
  1. terjadi peningkatan suhu tubuh di atas normal
  2. pada bagian ambing dan puting ternak terdapat lepuh-lepuh yang berwarna merah tua, kemudian terbentuk gelembung-gelembung yang akan mengempis dalam jangka waktu 1 minggu.
  3. timbul luka berwarna cokelat tua.
Cara pencegahan dan pengobatan penyakit:

Pengobatan
Pada kejadian yang masih ringan cacar dapat diobati dengan campuran antara tincture yodium dengan glyserin dengan perbandingan 50%:50% atau bisa menggunakan salep sulfa.

Pencegahan
Pe n ceg a h a n d a p a t d i l a k u ka n dengan cara memisahkan ternak yang sakit dari kelompok ternak yang sehat. Menjaga kesehatan dan kebersihan pekerja, kandang peralatan serta lingkungan.

d. Penyakit Coccidiosis Pada Kelinci

Penyakit berak darah disebabkan oleh sejenis protozoa yang dinamakan Eimeria yang dapat menyebabkan berak darah pada ternak kelinci.

Gejala penyakit coccidiosis adalah sebagai berikut.
  1. Gejala awal ditandai dengan diare yang berlendir dan berbau busuk.
  2. Diare berlangsung 4—14 hari, apabila berlangsung lama menyebabkan ternak menjadi lemah, kehilangan cairan tubuh, dan kurus.
  3. Pada kotoran akan tampak adanya darah yang semakin lama semakin banyak.
  4. Kadang dijumpai gumpalan darah atau tinja yang berwarna hitam.
  5. Feses disertai dengan gumpalan darah segar.
Cara pencegahan dan pengobatan:

Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan obat sulfa di antaranya a d a l a h s u l f h a m e t h a z i n e d a n sulfaguanidine.

Pe n ceg a h a n p e n y a k i t i n i d a p a t dilakukan dengan cara:
  1. Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan
  2. Usahakan rumput dan air minum tidak tercemar dengan tinja
  3. Pemisahan segera antara anak sapi dan induk
e. Cacing Tembolok Pada Burung Merpati

Penyakit ini disebabkan oleh cacing Capillaria contorta. Penularannya terjadi pada pakan dan air minum yang tercemar kotoran unggas penderita.

Apabila telur cacing ini termakan unggas yang sehat, maka unggas akan tertular penyakit cacing tembolok.

Gejala yang ditimbulkan akibat cacing tembolok ini antara lain:
  1. Berat badan menurun, pada unggas muda akan terhambat pertumbuhannya
  2. Jengger mengkerut
  3. Produksi telur menurun
  4. Unggas menjadi lemas dan pada akhirnya akan mati
  5. Pada bagian tembolok dipenuhi bahan-bahan seperti lendir
  6. Dinding tembolok menebal dan meradang
Cara pencegahan dan pengobatan:

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah tidak terjadi kontak langsung antara sekelompok unggas dengan kotorannya sendiri. Untuk itu sebaiknya unggas dipelihara dikandang baterai. Pengobatan dapat dilakukan dengan c a ra p e m b e r i a n o b a t c a c i n g d i antaranya medane-2, hygromycin B, atau Thibenzoled dengan dosis tepat sesuai anjuran.

f. Scabies pada Kelinci, Kuda, Babi, Kucing, dan Anjing

Penyebab penyakit adalah tungau kudis yang ukurannya sangat kecil.

Gejala penyakit yang ditimbulkan adalah sebagai berikut.
  1. Ternak tampak merasa gatal karena selalu menggaruk, menggigit-gigit tubuhnya dan menggesek-gesekkan badannya yang kudisan pada dinding kandang atau pepohonan sehingga terjadi luka.
  2. Terjadi perdarahan di kulit akibat luka-luka
  3. Dari luka sering mengeluarkan cairan yang kemudian menggumpal membentuk lepuh-lepuh bernanah
  4. Pada penyakit yang sudah berlangsung lama, kulit menebal dan mengeras dan gundul karena bulu di bagian tersebut rontok.
Cara pencegahan dan pengobatan penyakit:

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga sanitasi ternak kandang dan di lingkungan. Ternak yang sakit harus diisolasi dan jangan sampai terjadi kontak dengan ternak yang sehat.

Sedangkan pengobatan penyakit scabies dapat dilakukan dengan pemberian benzoas benzillicus 10% y a n g d i o l e s ka n p a d a l u ka . B i l a digunakan untuk merendam ternak (dipping) maka konsentrasi yang digunakan adalah 0,05 %—0,06%.

CAKRAWALA

Di Indonesia, anthrax pertama kali ditemukan di Teluk Betung Provinsi Lampung pada tahun 1884. Pada tahun 1885, dilaporkan terjadi anthrax di Buleleng (Bali), Rawas (Palembang), dan Lampung. Pada tahun 1886, anthrax dilaporkan terjadi di daerah Banten, Padang, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Menurut Sukmanegara, seorang ahli yang mendalami penyakit anthrax, epidemi penyakit ini pada sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi terjadi pada periode 1906—1957 di berbagai daerah di Indonesia seperti Jambi, Palembang, Padang, Bengkulu, B u k t i t i n g g i , S i b o l g a , M e d a n , J a k a r t a , Purwakarta, Bogor, Priangan, Banten, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Surakarta, Banyumas, Madiun, Bojonegoro, Sumbawa, Sumba, Lombok, Flores, Bali, Sulawesi Selatan, Manado, Donggala, dan Palu.


TUGAS MANDIRI
  1. Cari informasi dari peternakan sapi potong, sapi perah, dan peternakan ayam petelur yang ada di sekitar lingkungan sekolah tentang:
    • Penyakit menular yang sering menyerang ternak yang dipelihara
    • Cara pencegahan penyakit yang sering terjangkit
    • Pelaksanaan pengobatan ternak sakit yang dilakukan
    • Alat dan bahan yang digunakan pada pencegahan dan pengobatan ternak yang sakit.
  2. Lakukan pengamatan terhadap peternakan untuk mendapatkan gambaran tentang mengidentifikasi penyakit infectious!
  3. Buat laporan tentang hasil pengamatan.


PRAKTIK

Judul :Mengidentifikasi jenis–jenis penyakit menular pada aneka ternak.
Waktu :3 x 45 menit
Tujuan :Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi jenis-jenis penyakit menular pada aneka ternak dengan benar.

Alat:
  1. Peralatan pemeriksaan seperti stetoskop, mikroskop, kaca pembesar, dan sebagainya.
  2. Gambar dan video tentang jenis-jenis penyakit menular pada aneka ternak, penyebab, dan gejala-gejalanya
Bahan:
  1. Aneka Ternak unggas (ayam lokal/burung merpati/kalkun/angsa dan lain-lain
  2. Aneka ternak monogastrik (kuda/babi/ kelinci)
  3. Aneka hewan kesayangan (kucing/anjing)
  4. Lembar pengamatan
  5. ATKK3:
Keselamatan Kerja (Biosecurity):
  1. Gunakan pakaian kerja
  2. Gunakan APD yang sesuai
  3. Hati-hati ketika mendekati ternak
Langkah Kerja:
  1. Silahkan bergabung membentuk kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang.
  2. Setiap kelompok memilih seorang ketua dan seorang sekretaris.
  3. Lakukan dan biasakan untuk berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Lakukan kegiatan ini dengan cermat, teliti, sungguh-sungguh, hatihati, jujur, dan penuh tanggung jawab.
  4. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
  5. Pastikan alat dan bahan yang akan Anda gunakan lengkap dan dapat digunakan dengan baik.
  6. Amati dan pelajari dan catat dengan teliti informasi yang anda peroleh dari gambar-gambar atau video tentang jenis–jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia, penyebab, dan gejala–gejalanya.
  7. Lakukan praktik pengamatan terhadap kondisi ternak ruminansia yang ada di dalam kandang tentang ada atau tidaknya gejala–gejala yang berkaitan dengan penyakit menular pada ternak tersebut.
  8. Gunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan.
  9. Lengkapi hasil pengamatan yang telah anda lakukan dengan wawancara terhadap pengelola budi daya ternak tersebut atau sumber lain yang relevan.
  10. Bandingkan hasil pengamatan yang Anda lakukan dengan gambar atau video yang telah Anda pelajari dengan teliti.
  11. Adakah penyakit menular yang diderita ternak ruminansia yang ada di dalam kandang?
  12. Lakukan diskusi kelompok tentang hasil p e n g ama t a n d a n w aw a n c a ra s e r t a pengamatan terhadap gambar atau video yang telah Anda lakukan.
  13. Setelah selesai melakukan kegiatan praktik, bersihkan kembali tempat kegiatan praktik dan peralatan yang digunakan seperti sedia kala.
  14. Kembalikan alat dan bahan ke tempat semula.


RANGKUMAN

Penyakit dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penyakit menular yang dapat menyebar dari ternak satu ke ternak lainnya, dan penyakit tidak menular yaitu penyakit yang biasanya hanya terbatas pada satu kelompok tertentu atau bersifat individual.

Berdasarkan agen penyebabnya, kelompok penyakit menular dibagi menjadi:
  1. Kelompok penyakit viral, yaitu penyakit yang disebabkan virus, misalnya PMK.
  2. Kelompok penyakit bakterial, yaitu penyakit yang disebabkan bakteri, misalnya Brucellosis.
  3. Kelompok penyakit parasiter, yaitu penyakit y a n g d i s e b a b k a n p a r a s i t , m i s a l n y a cacingan.
  4. Kelompok penyakit fungal, yaitu penyakit yang disebabkan fungi/jamur.
Penyakit menular yang sering menyerang pada ternak unggas di antaranya adalah:

1. Newcastle Disease (ND) atau Tetelo

Penyakit ini muncul di Inggris tahun 1926. Penyakit ini mematikan dan belum ada obat yang manjur. Gejalanya spesifiknya adalah muncul gejala gangguan saraf seperti kaki lumpuh, jalan seret, dan leher terpuntir (tortikolis).

2. Gumboro (Infectious Bursal Disease)

Penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh, terutama bursa fabrisius dan thymus sebagai benteng pertahanan ayam dari penyakit.

Gejala klinis ayam yang terkena gumboro adalah sebagai berikut.
  1. Ayam kelihatan lesu dan mengantuk
  2. Bulu kotor di sekitar kloaka
  3. Terjadi diare berwarna putih dan encer
  4. Ayam tidur dengan sikap membungkuk dan apabila tidur paruh diletakkan di lantai
  5. Ayam sering mematuk di sekitar kloaka karena bursa mengalami peradangan
  6. Ayam terlihat menggigil dan gemetar
3. Penyakit ini menyerang anak ayam umur 1—10 hari.

Penyebabnya adalah Samonela pullorum

4. CRD (Cronic Respiratory Disease)

Penyakit ini menyerang unggas umur 4—9 minggu. Penyebabnya adalah Mycoplasma gallisepticum. Gejala penyakit CRD mempunyai gejala-gejala yang hampir sama dengan penyakit pernapasan lainnya, misalnya snot.

5. Berak Darah (Coccidiosis)

Penyebab terjadinya penyakit berak darah adalah Eimeria tenella dan Eimeria necatrix.
Penyakit ini menyerang unggas pada umur 1 — 1 0 m i n g g u . P e n y a k i t i n i b i s a menyebabkan kematian mendadak.

Gejalanya ternak yang terserang coccidiosis:
  1. Ternak terlihat lesu dan pucat
  2. sayap terkulai ke bawah dan sering menggigil seperti kedinginan
  3. kotoran berwarna cokelat campur darah
  4. bulu tampak kusam, tidak lagi mengkilat
  5. nafsu makan menurun
  6. sering bergerombol di tepi atau di sudut kandang dan kelihatan mengantuk terus
  7. biasanya anak unggas mati dalam 6—10 hari setelah terlihat gejala sakit dan angka kematian mencapai 70%.
Penyakit yang sering menyerang pada aneka ternak adalah:

1. Rabies (Anjing gila)

Penyakit rabies dikenal juga dengan nama p e n y a k i t a n j i n g g i l a . P e n y a k i t i n i disebabkan oleh virus. Selain menyerang anjing diketahui juga dapat menyerang hewan lain seperti kucing, kera, babi, sapi, dan kerbau. Penularan terjadi melalui gigitan hewan penderita atau jilatan hewan penderita pada luka hewan sehat yang terbuka.

Rabies termasuk kelompok penyakit zoonosis, yang dapat menular juga pada manusia.

Gejala sakit

2. Penyakit mulut dan kuku pada babi

3. Penyakit cacar pada kuda

Penyebab penyakit cacar pada ternak kuda adalah virus cacar. Gejala penyakit ini pada awalnya adalah terjadi peningkatan suhu tubuh di atas normal. Pada ambing dan puting terdapat lepuh-lepuh yang berwarna merah tua.

4. Penyakit coccidiosis pada kelinci

Penyakit berak darah disebabkan oleh sejenis protozoa yang dinamakan Eimeria yang dapat menyebabkan berak darah pada ternak kelinci.

5. Cacing tembolok pada burung merpati

Penyakit ini disebabkan oleh cacing Capillaria contorta. Penularannya terjadi pada pakan dan air minum yang tercemar kotoran unggas penderita.

Demikian pembahasan dimana materi ini dijelaskan adalah Menjelaskan jenis penyakit menular, Membedakan penyakit menular dengan tidak menular, Menentukan jenis penyakit berdasarkan hasil diagnosis, Melaksanakan prosedur pencegahan penularan penyakit. Semoga bisa membantu.

Post a Comment for "Memahami Jenis Penyakit Infectius Pada Ternak"