PENGELASAN OKSI ASETILIN - Setelah mempelajari materi ini peserta didik dapat menjelaskan teknik dasar pengelasan Oksi Asetilin. Di perbengkelan, pengelasan bagian tak terpisahkan dalam proses manufaktur. Salah satunya pada pengelasan Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual.
Teknik Pengelasan Oksi Asetilin
Dimana permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair oleh nyala (flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam pengisi. Pengetahuan dan kompetensi peserta didik modal utama tentang teknik dasar pengelasan oksi asetilin sebelum melakukan pekerjaan di industri.
Hal ini untuk menghindari kesalahan penggunaan sehingga menyebabkan kerusakan pada alat ataupun benda kerja. Atas dasar latar belakang tersebut maka dipandang perlu menyusun buku ini.
A. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan pada saat Melakukan Pengelasan
1. Penggunaan peralatan K3
Sebelum melakukan pekerjaan pengelasan harus paham mempelajari keselamatan dan kesehatan kerja seperti gambar di bawah ini.
Gambar 5.1 Penggunaan peralatan K3
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk
/Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
2. Bahan Berbahaya
Las oksi-asetilin menggunakan nyala api hasil pembakaran gas asetilin dan gas oksigen (zat asam) untuk memanaskan bagian logam yang akan disambung dan mencairkan bahan pengisinya. Las oksi-asetilin banyak dipakai untuk pekerjaan perbaikan bodi otomotif dan pemotongan logam.
Pekerjanya harus mempunyai sertifikat tanda ia telah lulus pelatihan dan ujian bagaimana melakukan tuntutan kerja yang dibebankan kepadanya. Bagi pekerja yang sudah sangat berpengalaman, upah yang mereka dapatkan bisa sangat tinggi. Mereka dihargai dari hasil kerja yang maksimal.
Bayangkan kalau ada pipa gas yang bocor. Kebocoran ini bisa jadi akibat penyambungan yang tidak sempurna. Gas yang bocor ini akan sangat berbahaya bagi kehidupan yang ada di sekitar keberadaan gas tersebut. Kalau ada api sedikit saja, maka kebocoran yang kecil itu akan mengakibatkan ledakan yang luar biasa, korban bisa berjatuhan.
Pihak-pihak yang mempekerjakan para ahli dibidang penyambungan pipa ini, seperti Pertamina dan perusahaan tambang lainnya. Bisa dikatakan bahwa para pekerja yang terampil ini bisa menikmati buah hasil dari kerja kerasnya. Keahlian ini tidak mudah didapatkan.
Perngujian ketat harus dilalui. Jadi, kalau ada yang mampu, maka terkadang ia menjadi rebutan. Tidak saja hasil pengerjaannya yang aman, tetapi bentuknya juga menarik dan tidak asal sambung, hanya orang yang terbiasa melihat hasil kerja penyambungan pipalah yang paham mana pekerjaan yang bagus dan mana yang kurang bagus.
Keselamatan dan kesehatan kerja meliputi keselamatan dan kesehatan manusia (operator las) dan orang di sekitar daerah pengelasan serta keselamatan alat-alat yang digunakan pada las oksi asetilin.
3. Peralatan keselamatan dan Kesehatan Kerja Operator
a. Baju Praktik
Di dalam bengkel diwajibkan harus menggunakan pakain kerja. Bahan pakaian kerja harus terbuat dari bahan katun atau bahan campuran sejenisnya.
Syarat-syarat pakaian kerja:
1) Jangan terlalu sempit sehingga akan mengurangi gerak anggota tubuh.
2) Jangan terlalu banyak bagian yang terbuka seperti:
a) Kantung harus tertutup
b) Bagian kancing harus cukup kuat
c) Bahan kain harus mempunyai daya serap panas yang baik sehingga tidak menimbulkan kegerahan pada pemakai.
d) Selama pakaian kerja dipakai untuk bekerja jangan sekali-kali mengantungi:
(1) Benda-benda yang mudah terbakar seperti, kertas, korek api, zat kimia, dan lain-lain.
(2) Benda-benda tajam
b. Apron
Fungsi apron adalah untuk menghindari terbakarnya pakaian kerja karena percikan cairan logam, goresan benda-benda panas, dan cahaya yang timbul dari pengelasan. Bahan apron harus terbuat dari kulit campur asbes. Bahan ini paling baik untuk alat pelindung akibat panas, karena mempunyai daya serap panas yang lambat seperti pada gambar berikut.
Gambar 5.2 Apron
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/Kelas
_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
c. Kacamata Las
Di dalam proses pengelasan terdapat sinar yang membahanyakan anggota badan terutama pada bagian mata dan kulit.
Jenis-jenis sinar pada pengelasan yang berbahaya adalah sebagai berikut:
1) Sinar ultraviolet adalah pancaran yang mudah terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh besar terhadap reaksi kimia yang ada pada tubuh. Bila sinar ultraviolet terserap oleh lensa mata melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan-akan ada benda asing di dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 24 jam dan rasa sakitnya akan hilang setelah 24 jam.
2) Sinar cahaya tampak adalah semua cahanya tampak yang masuk ke mata diteruskan oleh lensa dan kornea ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat, maka mata akan segera menjadi lelah dan kalau lama mungkin akan terjadi sakit, rasa lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan terjadi sakit, rasa lelah ini sifatnya hanya sementara.
3) Sinar infaramerah ini tidak segera terasa oleh mata. Oleh karena itu sinar ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat, dan tidak terasa. Pengaruh sinar inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu mengakibatkan pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, dan terjadi kerabunan.
Fungsi kacamata las adalah:
1) Untuk melindungi mata dari sinar ultraviolet, inframerah, dan cahaya tampak yang dipancarkan oleh nyala
2) Untuk melidungi mata terhadap percikan api
Bagian-bagian kacamata las, adalah sebagai berikut:
1) Rumah kaca, tempat untuk menyimpan kaca
2) Kaca las, terdiri dari dua macam, yaitu:
a) kaca penyaring yang berwarna hijau atau coklat
b) kaca bening sebagai pelindung kaca penyaring
Syarat-syarat kaca penyaring pada kaca mata las adalah:
1) harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak
2) harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya
3) harus mempunyai sifat yang tidak melelahkan mata
4) harus tahan lama dan tidak mudah berubah sifat
5) harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai
Gambar 5.3 Kacamata Las
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/Kelas_11_SMK_
Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Untuk mengelas dan memotong dengan las oksi asetilena biasanya menggunakan nomor kaca penyaring dengan daya saring No. 4 sampai dengan No. 6, tebal kaca penyaring 1,5 dan 2,5 mm, sedangkan garis tengah kaca penyaring adalah 50 mm seperti pada gambar di atas.
d. Topi las
Topi las perlu digunakan, hal ini untuk menghindari:
1) Tumbukan langsung benda keras dengan kepala
2) Percikan api akibat ledakan kecil dari cairan las
3) Kejatuhan langsung benda keras terhadap kepala
Syarat-syarat pelindung kepala:
1) Nyaman dipakai
2) Terbuat dari Fibre Glass
3) Kuat dan tahan dari benturan, panas, dan goresan benda tajam.
4) Daya hantar panasnya kecil. Di bawah ini diperlihatkan topi las seperti pada gambar berikut.
Gambar 5.4 Topi Las
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/Kelas_11
_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
e. Sepatu Las
Bengkel las bukan hanya tempat mengerjakan las, di dalamnya terdapat juga seperti pemotong dan alat mekanik lainya. Dengan demikian bukan hanya benda-benda panas saja yang kecil atau serpihan-serpihan terak yang berbahaya bila terinjak kaki.
Oleh karena itu, perlu alat khusus untuk melindungi kaki yaitu sepatu las. Sepatu las harus terbuat dari bahan yang baik kualitasnya dan alasnya harus terbuat dari karet pejal yang kuat seperti pada gambar ini.
Gambar 5.5 Sepatu Las.
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/Kelas_11_
SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
f. Sarung Tangan
Sarung tangan sangat penting digunakan dalam pengelasan. Bahan sarung tangan harus berkualitas baik sebab harus mampu merendam panas pada proses pengelasan akibat cipratan cairan las dan terkelupasnya terak yang ada pada bagian luar logam.
Sarung tangan harus terbebas dari oli atau bahan pelumas karena dapat terjadi persenyawaan dengan oksigen pada tekanan rendah sehingga menimbulkan ledakan keras. Bahan sarung tangan tersebut dari kulit dicampur asbes atau bahan anti panas seperti pada gambar berikut.
Gambar 5.6 Sarung tangan
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
g. Pengisap Asap
Butir-butir debu asap bila terisap akan tertahan bulu hidung dan pipa pernapasan, sedangkan debu asap yang halus akan terbawa masuk ke dalam paru-paru. Sebagian akan terbuang kembali dan sebagian lagi akan melekat pada kantong paru-paru sehingga dapat mengakibatkan gangguan-gangguan pernapasan dan lain sebagainya dapat dilihat gambar berikut.
Gas beracun dalam asap las terdiri dari:
1) Karbon monoksidasi (CO), mempengaruhi darah sehingga akan menyerap oksigen pada darah.
2) Karbon dioksida (CO2), akan menurunkan O2 yang berada dalam udara luar dan akan membahayakan terhadap pernapasan terutama di ruangan tertutup Tujuan pengisap asap adalah untuk membuang debu, asap, dan gas sehingga ruangan kerja tetap bersih.
Gambar 5.7 Pengisap Asap
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Review
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secara singkat, jelas, dan benar.
Pertanyaan:
a. Tuliskan nama alat keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu digunakan pada pekerjaan pengelasan dengan las oksi asetilena!
b. Tuliskan ukuran kaca penyaring untuk las oksi asetilena!
c. Tuliskan gas yang mungkin timbul saat pengelasan!
Lembar jawaban
a. Alat keselamatan dan kesehatan kerja yang digunakan pada saat mengelas oksi asetilena:
1) Kaca mata las
2) Sarung tangan
3) Apron
4) Sepatu safety
5) Kaca mata bening
b. Ukuran kaca penyaring untuk las oksi asetilena adalah no. 4 sampai dengan no. 6.
c. Gas yang mungkin terjadi pada saat pengelasan adalah gas karbon monoksida dan karbon dioksida.
B. Las Oksi Asetilena
Peralatan utama dan peralatan bantu las oksi asetilena sebagai berikut:
1. Peralatan Utama
a. Silinder Gas
Silinder gas adalah botol baja yang dapat digunakan untuk menyimpan dan mengangkut gas. Isi gas di dalam silinder bermacam-macam mulai dari 3500 liter, 5000 liter, 6000 liter, 7000 liter, dan seluruhnya. Pada bagian atas silinder terdapat keran/katup untuk mengisi dan mengeluarkan gas seperti pada gambar berikut.
Gambar 5.8 Katup Gas Asetilena
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/Kelas_11_
SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Gambar 5.9 Katup Gas Oksigen
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Bila silinder sedang tidak digunakan, hendaknya katup ditutup dengan tutup baja, dengan cara memasukkan pada katup kemudian diputar ke kanan. Hal ini dimaksudkan agar katup tersebut tetap bersih dan aman.
Pada dinding silinder biasanya terdapat label yang menyatakan jenis gas, tanggal pengisian, dan tahun pemeriksaan. Di dalam peralatan las oksi asetilena terdapat dua silinder, yaitu silinder oksigen dan silinder asetilena.
1) Silinder oksigen
Silinder oksigen dibuat sesuai dengan keperluan, yaitu menyimpan oksigen dengan tekan maksimum 150 kg/cm2 (2200 psi). Silinder ini dilengkapi dengan alat pengaman berupa keping yang terdapat pada katup silinder lihat gambar. Isi oksingen di dalam silinder dapat dihitung dengan mengalikan volume silinder dengan tekanan di dalamnya.
Misalnya volume silinder 40liter dan tekan di dalam 150 kg/cm2 maka isi oksigen adalah: 40 x 150 = 6000 liter Pada keran/katup silinder terdapat ulir penghubung antara silider dengan regulator. Cara menghubungkannya ialah dengan memasukkan baut penghubung regulator pada katup silinder, kemudian diputar ke arah kanan atau searah jarum jam karena ulirnya adalah ulir kanan.
Gambar 5.10 Silinder Oksigen
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Keselamatan Kerja untuk Silinder Oksigen
Oksigen itu sendiri tidak dapat menyala dan meledak. Walaupun demikian oksigen akan menyebabkan bahan terbakar dengan tidak terkehendaki.
Secara umum hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani oksigen adalah:
a) Jangan mengoperasikan alat pneumatik dengan oksigen.
b) Jangan menggunakan oksigen untuk pengecatan dengan spray.
c) Jangan menggunakan oksigen sebagai pengganti udara yang dimanfaatkan.
d) Jangan menghembus pipa, bejana atau tangki dengan oksigen.
e) Jangan menggunakan oksigen untuk penyegaran udara, membersihkan asap dalam ruang tertentu atau mendinginkan diri Anda pada cuaca yang panas.
Untuk hal tersebut, maka silinder oksigen harus ditangani secara baik, agar tidak menimbulkan bahaya-bahaya yang tidak diingini. Adapun teknik-teknik penanganan silinder oksigen adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Teknik Penanganan Silinder Oksigen
a. Tangani silinder dengan hatihati, tidak boleh terbentur, kena nyala api maupun benda panas.
b. Silinder harus selalu dalam keadaan tegak dan terikat dengan baik agar tidak jatuh.
c. Apabila silinder tidak memungkinkan berdiri tegak dapat juga direbahkan, tetapi manometer harus disebelah atas
a. Panas matahari tidak boleh langsung memanasi silinder, maka silinder dapat dilindungi dengan papan
b. Silinder-silinder tidak boleh tergeletak tanpa ganjal yang baik
2) Silinder Asetilena
Di dalam silinder asetilena berisi bahan berpori (misalnya asbes, kapas, dan sutra). Bahan berpori ini berfungsi menyerap aseton dan aseton digunakan untuk menyimpan gas asetilena. Aseton adalah suatu zat di mana asetilena dapat larut dengan baik di bawah pengaruh tekanan asetilena pada silinder sebesar 17.5 kg/cm2 (250 psi).
Silinder asetilena dilengkapi dengan sumbat pengaman yang terdapat pada temperatur lebih kurang 100/C. Apabila karena suatu sebab silinder menjadi panas, sumbat pengaman akan melebur dan akan memberikan jalan keluar bagi gas asetilena. Silinder asetilena harus disimpan dalam posisi berdiri tegak, baik dalam keadaan terisi maupun kosong, pada posisi tidur cairan aseton di dalam silinder akan dapat menyumbat lubang-lubang pada kutub silinder.
Bila terjadi kebocoran pada keran silinder maka keran tersebut dapat dikeraskan dengan menggunakan kunci yang ukurannya sesuai, jika masih bocor bawalah keluar ruangan dan diamkan pada tempat terbuka. Pada katup/keran silinder terdapat mur untuk menghubungkan keran dengan regulator. Ulir pada silinder asetilena ini adalah ulir kiri. Untuk mengeraskannya diputar ke kiri atau berlawanan arah arum jam, lihat gambar berikut:
Sungkup logam
Sumbat pengaman
Gambar 5.11 Silinder Asetilena
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Menghitung isi asetilena dalam silinder Jumlah aseton yang terdapat di dalam silinder adalah 40 % dari isi silinder dan setiap 1 liter aseton pada tekanan minimal 15 kg/cm2 dapat menyimpan asetilena sebanyak 360 liter. Misal isi silinder asetilena 50 liter, maka jumlah gas Asetilena di dalam silinder tersebut adalah:
40 x 50 x 360 / 100 = 7200
Keselamatan Kerja untuk Silinder Asetilin
a) Jangan mencoba memindahkan asetilin dari satu silinder ke silinder yang lain.
b) Asetilin dilarutkan dalam cairan aseton di dalam silinder.
c) Selalu tinggalkan kunci silinder pada silinder apabila sedang digunakan
d) Sumbat pengaman silinder mencair pada 100° C, simpan silinder pada tempat dingin, ventilasi yang baik dan tempat yang terlindung.
Las oksi asetilin adalah cukup aman bila Anda menggunakan peralatan yang wajar dan bekerja sesuai dengan prosedur. Adapun teknikteknik penanganan silinder asetilin adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 Teknik Penanganan Silinder Asetilin
a. Simpan silinder-silinder asetilin ditempat yang dingin, jauh dari panas maupun terik matahari
b. Jangan dicampurkan dengan silindersilinder oksigen
c. Nyala lampu gudang penyimpanan harus redup
d. Dilarang merokok / menyalakan api didekat silinder-silinder asetilin
e. Pisahkan silinder-silinder yang kosong dan yang penuh
f. Bersihkan tempat kerja dari segala kotoran, bebas dari bahan yang mudah terbakar, dan tidak licin
g. Di dalam memindahkan silindersilinder memerlukan penanganan yang teliti.
h. Hindari silinder-silinder dari terjatuh maupun terbentur secara keras.
i. Jangan berdiri didepan manometer ketika membuka katup silinder
j. Hindarkan pemakaian regulator yang rusak.
k. Tutup katup silinder bila tidak dipergunakan. Jika terjadi gas bocor ketika katup ditutup:
1) Pindahkan silinder ketempat yang jauh dari motor listrik atau sumber panas terbuka.
2) Jauhkan merokok atau percikan Api.
3) Jika terjadi kebocoran disekeliling spindle, kencangkan baut mur hingga tidak terjadi kebocoran.
4) Laporkan kepada penjual jika silinder tetap bocor
PERHATIAN:
Gas asetilin dan bahan gas lainnya sangat mudah terbakar bila bercampur dengan oksigen atau udara. Kebocoran berarti mengundang bahaya kebakaran.
b. Regulator
Regulator atau alat pengaturan tekanan, gambar di bawah berfungsi untuk:
1) Mengetahui tekanan isi silinder.
2) Menurunkan tekanan isi menjadi tekanan kerja.
3) Mengetahui tekanan kerja.
4) Menjaga tekanan kerja agar tetap (konstan) meskipun tekanan isi berubah-ubah.
Gambar 5.12 Manometer
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_
11smk/Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Gambar 5.13 Regulator
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Pada regulator terdapat dua buah alat penunjuk terhadap tekanan atau biasa disebut manometer, yaitu:
1) Manometer tekanan isi silinder dan manometer tekanan kerja.
2) Manometer tekanan isi mempunyai skala lebih besar bila dibandingkan dengan manometer tekanan kerja.
Prinsip kerja regulator lihat gambar di atas, dijelaskan sebagai berikut:
1) Setelah katup botol dibuka, gas tekanan tinggi dari botol masuk kedalam ruang A melalui pipa (a).
2) Tekanannya (P1) dapat terbaca pada manometer (G0.
3) Oleh dorongan sekrup penyetel tekanan (F), maka kelep © terbuka oleh gaya pegas (E). gas masuk keruang (B)
4) Ruang (B) dan (S) dipisahkan oleh diafragma (D).
5) Bila gaya pada ruang (B) sedikit melebihi gaya dari ruang (S) (termasuk gaya pegas) maka diafragma turun dan katup (C) menutup lubang.
6) Bila gas dikeluarkan melalui brander maka gaya pada ruang B lebih kecil dari gaya pada ruang S.
7) Pada saat itu katup C terangkat oleh gaya pegas. Gas masuk ke ruang B sampai terjadi lagi keseimbangan gaya pada diafragma.
Perbedaan antara regulator asetilena dan oksigen yang paling utama adalah:
1) Regulator asetilena berulir kiri.
2) Pada waktu mengikat, putar ulirnya ke arah kiri atau berlawanan dengan arah jarum, sedangkan untuk membuka diputar ke arah kanan atau searah dengan jarum jam.
3) Reguator oksingen berulir kanan, pada waktu mengikat putaran ulirnya ke arah kanan atau searah dengan jarum jam sedangkan untuk membuka diputar ke arah kiri atau berlawanan dengan arah jarum jam.
4) Perbedaan lainnya:
a) Tekanan pada manometer
(1) Regulator asetilena
2 Tekanan isi botol 20 s.d. 35 kg/cm atau yang senilai
2 Tekanan kerja 2 s.d. 3,5 kg/cm atau yang senilai
(2) Regulator oksigen
Tekanan kerja 200 s.d 350 kg/cm2
2 Tekanan kerja 20 s.d. 30 kg/cm atau yang senilai
b) Warna bak manometer (tidak mutlak)
Regulator oksigen: terdapat tulisan oksigen warna bak biru/ hitam/abu-abu
Regulator asetilena: terdapat tulisan Asetilena warna bak merah.
(1) Macam regulator: Regulator satu tingkat dan regulator dua
tingkat Keselamatan Kerja untuk Regulator Regulator terpasang di masing-masing tabung oksigen untuk mengatur keluarnya gas dari dalam tabung menuju pembakar melalui selang. Regulator memiliki dua buah manometer untuk mengetahui tekanan isi gas di dalam tabung yang disebut manometer tekanan isi.
Manometer tekanan kerja untuk melihat tekanan kerja yang dipakai mengelas. Tindakan pengamanan alat ini meliputi: tangan atau sarung tangan harus dibersihkan dari minyak atau pelumas sebelum memegang regulator.
Saat memasang regulator, bagian yang harus dipegang adalah badan regulator bukan pada manometernya. Katup regulator harus dalam keadaan tertutup saat akan membuka kran tabung. Cara membuka katup regulator dilakukan dengan memutar baut pengatur searah dengan jarum jam hingga terbuka.
Putar baut pengatur tekanan kerja secara perlahan saat mengatur tekanan kerja agar tidak merusak membran manometer. Saat dilakukan pengaturan tekanan kerja pada regulator, posisi badan berdiri di samping. Regulator yang rusak harus segera diganti untuk pemakaian selanjutnya.
c. Slang las
Fungsi slang las adalah untuk mengalirkan gas dari silinder ke pembakaran. Slang las dibuat dari karet yang berlapis-lapis dan diperkuat oleh seratserat bahan tahan panas seperti pada gambar di bawah, sedangkan sifat slang las adalah sebagai berikut:
1) Kuat
a) Slang Asetilena harus tahan terhadap tekanan 10 kg/cm2
b) Slang oksigen harus tahan terhadap tekanan 20 kg/cm2
2) Tahan api/panas
3) Lemas/tidak kaku/fleksibel
4) Berwarna
a) Slang oksigen mempunyai warna hitam/biru/hijau
b) Slang asetilena mempunyai warna merah.
Gambar 5.14 Slang Las
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
5) Ukuran slang las
Besarnya diameter dalam slang las bermacam-macam dan ukuran yang paling banyak digunakan ialah 3/16“ dan 5/16”. Dalam dunia perdagangan slang oksigen dan asetilena ada yang berdiri sendiri dan ada pula yang diikat menjadi satu (twin hose). Slang las jenis kedua ini lebih enak dipakai karena mudah digulung dan tidak terpuntir.
Dalam penggunaannya, slang las tidak dibenarkan dipertukarkan. Untuk menyalurkan gas oksigen pakailah slang yang berwarna merah. Dengan perbedaan warna ini dapat dihindarkan kekeliruan pada waktu pemasangan slang.
6) Bentuk alat penyambung slang dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Nipel (alat penyambung) pada kedua ujung siang dibuat berlainan. Nipel oksigen berbentuk setengah bulat, sedangkan Nipel asetilena berbentuk tirus seperti pada gambar.
b) Mur pengikat untuk oksigen mempunyai ulir kanan, sedangkan untuk asetilena ulir kiri seperti pada gambar.
c) Mur pengikat untuk oksigen berbentuk segi enam rata dan mur pengikat asetilena berbentuk segi enam ditakik.
Gambar 5.15 Nipel
Mur Pengikat Mur Pengikat untuk oksigen untuk Asetilena
Gambar 5.16 Mur Pengikat
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Keselamatan Kerja Selang Las
Selang las menghubungkan tabung gas dengan pembakar las untuk mengalirkan gas oksigen dan asetilena. Selang gas oksigen berwarna hitam atau biru dan selang asetilena berwarna merah atau oranye.
Prosedur keselamatan kerja menggunakan selang las adalah selang las tidak boleh terkilir dan terjepit saat dipakai. Selang tidak boleh bersentuhan dengan nyala api bunga api, benda panas, benda tajam, dan segala jenis minyak atau pelumas.
Pemeriksaan selang secara berkala dilakukan agar tidak terjadi kebocoran, hangus, dan sambungan longgar. Jangan menggunakan kawat, plastik, atau isolasi yang menutup kebocoran. Bagian yang bocor harus dipotong dan disambung kembali menggunakan alat penyambung, pengikat atau penjepit khusus selang. Gulung selang dengan rapi setelah menggunakannya.
Tata cara yang tepat dalam menggunakan peralatan las oksi asetilena sangat menguntungkan efisiensi peralatan dan memberi rasa aman bagi operator las oksi asetilena akan mengurangi resiko kecelakaan kerja.
d. Pembakar Las
Fungsi pembakar las (burner) pada alas oksi asetilena adalah
1) Mencampur gas oksigen dan gas asetilena
2) Mengatur pengeluaran gas
3) Menghasilkan nyala api Pembakar las bila dilihat dari cara pencampuran gas dibagi menjadi 2 (dua) jenis, dapat dilihat pada gambar berikut, yaitu:
1) Pembakar las tekanan rendah (type injector)
2) Pembakar las tekanan rata (type mixer)
Gambar 5.17 Pembakar Las Tekanan Rata.
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk
/Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Gambar 5.18 Pembakar Las Tekanan Rendah
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Prinsip kerja pembakar las adalah sebagai berikut: Gas oksigen dan gas asetilena dapat bercampur secara homogen dalam pembakar bila katup oksigen dan katup asetilena dibuka. Pada keadaan ini gas campuran akan keluar melalui pembakar dan dapat dinyalakan untuk keperluan pengelasan.
Katup oksigen pembakar mempunyai tanda warna hitam atau biru sedangkan katup asetilena berwarna merah. Nyala api oksigen dengan asetilena mempunyai temperatur paling tinggi bila dibandingkan dengan nyala api oksigen dengan bahan bakar gas lainnya (lihat tabel 5.3).
Tabel 5.3 Nilai Pembakaran Campuran Gas dan Oksigen
BAHAN BAKAR TEMPERATUR (0C)
Asetilena
Hydrogen
Propane
MPP
Propilena
Natural gas
3150
2660
2526
2927
2900
2358
Pada umumnya sebuah pembakar dilengkapi dengan suatu set tip/mulut pembakar. Masing-masing mulut pembakar digunakan untuk mengelas bahan yang tebalnya berbeda (lihat tabel 2).
Untuk memilih ukuran mulut pembakar perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Tebal bahan yang akan dilas
2) Jenis bahan yang akan dilas
3) Proses pengelasan
Seperti halnya pembakar las, mulut pembakar inipun ada dua macam yaitu mulut pembakar “mixer” dan “injector”. Penggunaan ukuran tip berdasarkan tebal bahan, hanya berlaku untuk las cair baja lunak lihat tabel berikut.
Tabel 5.4 Penggunaan Ukuran Tip
Gambar 5.19 Tip/Mulut Pembakar
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
1) Pembakar tekanan rendah
Pada pembakar tipe ini tekanan kerja oksigen lebih besar dari pada tekanan kerja asetiilin misalnya:
a) Tekanan kerja oksigen 1,5 kg/cm2 s.d. 2,5 kg/cm
b) Tekanan kerja Asetilena 0,3 kg/cm2 s.d. 0,5 kg/cm
Maka oksigen yang masuk ke dalam pembakar dengan tekanan yang lebih besar akan menarik gas asetilena ke dalam pipa pencampur yang kemudian keduanya bercampur dan siap dibakar. Pembakaran tipe ini biasanya digunakan untuk gas asetilena dari generator.
2) Pembakar tekanan rata
Pembakar tekanan rata digunakan untuk pengelasan dengan konsumsi gas tekanan tinggi atau sedang. Pada pembakar tipe ini tekanan oksigen dan asetilena sama besarnya yaitu antara 0,5 s.d. 0.7 kg/cm2 atau 50 s.d 70 kpa.
Kedua gas tersebut masuk ke dalam pencampur dan bercampur, kemudian kelur melalui pipa pencampur dan menuju ke mulut pembakar. Pembakar las tipe ini biasanya digunakan untuk gas asetilena dari silinder.
Perbedaan antara pembakar tekanan rendah dan pembakar tekanan rata adalah sebagai berikut (lihat tabel 5.5):
Tabel 5.5 Perbedaan pembakar tekanan rendah dan tekanan rata
Keselamatan Kerja untuk Pembakar (Brander) Pembakar digunakan untuk mencampur gas oksigen dan asitilena dengan perbandingan tertentu sesuai keperluan kerja. Pembakar tediri dari dua macam, yaitu pembakar pengelasan biasa dan pembakar pemotongan prosedur untuk keselamatan kerja menggunakan pembakar adalah pembakar tidak boleh disentuh oleh tangan atau sarung tangan yang terkena minyak atau pelumas.
Tidak diperkenankan menggunakan mulut pembakar untuk mencungkil atau memukul karena kerusakan pada mulut pembakar dapat menyebabkan nyala balik. Bersihkan mulut pembakar dari kotoran yang menyumbat secara berkala menggunakan alat pembersih khusus tip.
Mulut pembakar harus dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan sikat baja lunak sambil membuka kran tabung oksigen. Mematikan api yang menyala dari pembakar apabila tidak dipakai. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, simpan dan rawatlah pembakar dengan benar dan teratur.
e. Ekonomiser
Ekonomiser pada pengelasan seperti gambar di bawah memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1) menghemat waktu
2) menghemat gas, terutama dalam pengelasan yang terhenti-henti
3) memadamkan nyala pembakar, jika pembakar diletakkan pada kait.
4) mencegah terjadinya nyala balik.
Bagian-bagian utama dari ekonomiser adalah sebagai berikut:
1) alat penyala
2) keran penyala
3) kait pembakar
4) slang oksigen dari regulator
5) slang asetilena dari regulator
6) slang oksigen ke pembakar
7) slang asetilena ke pembakar
Gambar 5.20 Ekonomiser
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Prinsip kerja ekonomiser adalah sebagai berikut:
1) Buka keran penyala, maka gas asetilena (tanpa O2) akan keluar dari alat penyala
2) Bila pembakar diangkat dari kait, katup yang menyalurkan gas dari regulator ke pembakar akan terbuka.
3) Sebaliknya bila pembakar diletakkan pada kait, katup akan menutup dan nyala akan padam.
f. Jarum Pembersih
Selama proses pengelasan, adakalanya saluran gas pada mulut pembakar tersumbat. Untuk itu diperlukan alat pembersih. Dengan menggunakan jarum pembersih diharapkan lubang pada mulut pembakar tidak bertambah lebar. Mulut pembakar yang bersih akan menghasilkan pekerjaan yang baik.
Gambar 5.21 Jarum Pembersih
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Satu set jarum pembersih terdiri dari bermacam-macam ukuran, untuk ukuran diameter lubang mulut pembakar yang berbeda-beda. Cara menggunakannya adalah sebagai berikut:
1) Carilah jarum pembersih yang diameternya sesuai dengan diameter lubang mulut pembakar.
2) Tusukan jarum pembersih pada lubang yang tersumbat hingga bersih seperti pada gambar gambar 2.16.
3) Untuk membersihkan ujung mulut pembakar gunakanlah kikir yang ada pada jarum pembersih.
Gambar 5.22 Cara Membersihkan Mulut Pembakar
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
g. Korek Api Las
Fungsi korek api las adalah untuk menyalakan campuran oksigen dan asetilena yang keluar dari mulut pembakar. Hal ini dapat dilakukan dengan satu tangan saja. Prinsip kerja korek api las adalah dengan menggoreskan batu korek api pada permukaan yang keras dan kasar sehingga didapatkan bunga api yang dapat digunakan untuk membakar campuran gas yang keluar dari mulut pembakar. Bila batu korek api habis, bisa diganti dengan batu korek api yang baru.
Bentuk korek api las ada bermacam-macam sebagai contoh, selain bentuk korek yang biasa dipakai dibengkel juga bentuk korek api seperti pada gambarsebagai berikut:
Gambar 5.23 Korek Api Las
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
2. Peralatan Bantu
a. Penjepit
Penggunaan penjepit pada pengelasan sangat bermanfaat, gunanya adalah untuk menjepit benda pekerjaan yang panas akibat pengelasan. Dalam pengelasan bukan hanya terdapat benda-benda berbentuk datar saja, namun ada benda-benda yang berbentuk bulat. Hal ini memerlukan bentuk mulut penjepit yang berbeda seperti dilihat pada gambar 2.18.
Gambar 5.24 Tang Penjepit
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Bentuk mulut penjepit ada 3 macam, yaitu:
1) mulut bulat, berfungsi untuk menjepit benda-benda yang bulat
2) mulut datar, berfungsi untuk menjepit benda-benda yang berbentuk datar
3) mulut serigala, berfungsi untuk benda datar maupun bentuk lainnya, karena daya cengkramnya lebih kuat dibandingkan dengan dua jenis penjepit di atas.
b. Sikat baja
Fungsi sikat baja adalah untuk membersihkan kotoran yang terdapat pada permukaan benda kerja. Kotoran yang berada di permukaan benda kerja adalah karat, lapisan oksida, dan terak yang dihasilkan dari pengelasan. Sikat baja terbuat dari kayu dan kawat baja seperti pada gambar di bawah.
Gambar 5.25 Sikat baja
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
c. Alat Pembuatan Kampuh
Untuk membuat kampuh pada umumnya dilakukan dengan cara:
1) Mengikir
2) Menggerinda
3) Mengampuh dengan nyala gas secara otomatis dan manual
C. Pemasangan Bagian-Bagian Utama Las Oksi Asetilena
1. Pemasangan Bagian-bagian Utama Las Oksi Asetilena
Bagian-bagian utama yang akan dipasang/dirangkai adalah:
a. Silinder/tabung oksigen
b. Silinder/tabung asetilena
c. Regulator oksigen & Regulator asetilena
d. Slang oksigen dan Slang asetilena
e. Pembakar las
f. Tip/mulut pembakar
Peralatan yang digunakan untuk memasang atau merangkai bagian-bagian utama las oksi asetilena tersebut adalah:
a. Kunci inggris atau kunci pas dengan ukuran yang sesuai
b. Kunci sok pembuka katup silinder
c. Obeng untuk melonggarkan dan mengencangkan klem slang.
d. Cara pemasangan bagian-bagian tersebut dapat dipelajari pada uraian berikut.
Pemasangan regulator oksigen pada silinder oksigen dapat dilihat gambar di bawah. Pada kepala silinder oksigen terdapat mur berulir untuk menempatkan regulator oksigen sedangkan pada regulator oksigen terdapat baut berulir yang digunakan untuk menyambungkan regulator dengan silinder oksigen.
Sebelum memasang regulator oksigen pada silinder oksigen disarankan membuka sebentar (“1/2 detik) katup Silinder oksigen.
Gambar 5.26 Pemasangan regulator
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Pembukaan silinder diperlukan untuk membuang debu atau kotoran lain yang terdapat di dalam mur berulir. Ulir yang terdapat pada mur kepala silinder dan baut regulator adalah ulir kanan sehingga untuk mengencangkannya diputar searah jarum jam.
Untuk pemasangannya baut regulator dimasukan ke dalam mur kepala silinder secara lurus kemudian diputar searah jarum jam dengan menggunakan tangan sampai kencang hingga tangan tidak mampu mengencangkan lagi. Untuk lebih mengencangkannya dapat digunakan kunci inggris atau pas dengan ukuran yang sesuai.
Pemasangan regulator asetilena pada silinder asetilena hampir sama dengan pemasangan regulator oksigen pada silinder oksigen, perbedaannya, regulator asetilena dan silinder asetilena mempunyai ulir kiri sehingga pada waktu mengencangkan diputar berlawanan arah jarum jam seperti pada gambar berikut.
Pemasangan slang las pada regulator adalah sebagai berikut: Longgarkan klem slang pada ujung slang las dengan obeng, kemudian masukkan pada saluran gas lalu tekan sambil diputar ke kanan dan ke kiri secara bergantian sampai pada pangkal saluran.
Gambar 5.27 Pemasangan slang las pada regulator
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Apabila pada saat memasukkan slang las terlalu berat, saluran asetilena dapat diolesi sabun untuk melicinkan masuknya slang. Setelah slang las berada pada tempatnya, kencangkan baut klem dengan memutarnya searah jarum jam menggunakan obeng.
Setelah slang las oksigen dan asetilena selesai dipasang pada ujung yang satu, maka ujung yang lain dipasangkan pada pembakar.
Langkah pemasangannya dapat di lihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.28 Pemasangan pembakar
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Bersihkan debu atau kotoran lain yang terdapat pada slang las dengan cara: memutar roda tangan/katup pemutar silinder (bila tidak ada roda tangan dapat menggunakan kunci sok) berlawanan arah jarum jam kurang lebih satu putaran.
Kemudian putarlah baut pengatur regulator searah jarum jam sampai gas keluar dari ujung slang las dan menghembus kotoran yang terdapat di dalam slang, selanjutnya putar kembali baut pengatur regulator berlawanan arah jarum jam sehingga tidak ada gas yang keluar dari slang dan tutup kembali katup silinder oksigen.
Setelah slang las bebas dari kotoran pembakar dipasang pada kedua ujungnya, ujung slang las oksigen harus dipasang pada saluran oksigen. Mur pada ujung slang las oksigen dimasukkan pada saluran oksigen pembakar secara lurus, kemudian diputar searah jarum jam dengan menggunakan tangan-tangan sampai kencang.
Untuk lebih mengencangkannya dapat menggunakan kunci inggris atau kunci pas dengan ukuran yang sesuai. Pemasangan slang setilin pada pembakar tidak berbeda dengan pemasangan siang slang oksigen. Mur pada ujung slang asetilena dimasukkan pada saluran Asetilena pembakar secara lurus kemudian diputar berlawanan arah jarum jam sampai kencang, dilanjutkan dengan menggunakan kunci inggris atau kunci pas.
Mulut pembakar dimasukkan secara lurus ke dalam lubang pembakar, kemudian diputar searah jarum jam sampai penuh. Pada umumnya pemasangan mulut pembakar hanya dilakukan dengan mengunakan tangan dan tidak menggunakan kunci inggris atau alat pengencang yang lain.
Gambar 5.29 Pemasangan tip pada pembakar
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
2. Pemeriksaan Sambungan
Secara keseluruhan pemasangan bagian-bagian utama las oksi asetilena telah selesai. Namun demikian instalasi las tersebut masih belum dapat digunakan karena belum dijamin keamanannya, mungkin masih ada kebocoran pada sambungan.
Kebocoran gas terutama asetilena sangat membahanyakan karena gas asetilena sangat mudah terbakar dan meledak. Oleh karena itu, sebelum digunakan instalasi las harus diperiksa sambungan-sambungannya dari kemungkinan bocor.
Sambungan-sambungan yang perlu diperiksa terlihat seperti pada gambar berikut ini:
a. Silinder dengan regulator
b. Regulator dengan slang las
c. Slang las dengan pembakar
d. Pembakar dengan tip/mulut pembakar.
Gambar 5.30 Pemeriksaan sambungan
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Cara memeriksa sambungan adalah sebagai berikut:
a. Memutar roda putar katup silinder oksigen atau dengan kunci sok berlawanan arah jarum jam sebanyak 1 s.d. 1½ putaran hingga jarum Manometer tekanan isi menunjuk angka tertentu, sesuai dengan tekanan isi silinder. Kemudian putar baut pengatur regulator oksigen searah jarum jam sampai jarum pada Manometer tekanan kerja menunjuk angka 50 kpa atau senilai, demikian juga untuk silinder dan regulator Asetilena.
b. Oleskan air sabun pada setiap sambungan dengan menggunakan kuas. Bocoran gas dapat diketahui dari adanya gelembung-gelembung air sabun pada sambungan, bahkan jika kebocoran cukup besar akan ditemui bunyi berdesis seperti pada gambar di bawah. Apabila terjadi kebocoran hendaknya mur penghubung atau klem slang dikencangkan lagi dengan menggunakan alat yang sesuai dan periksalah kembali.
Gambar 5.31 Kebocoran Sambungan
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Pemasangan bagian-bagian utama las oksi asetilena dapat dikatakan selesai apabila pada instalasi las oksi asetilena tidak ada kebocoran, yang artinya instalasi las oksi asetilena aman dipakai.
Review
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah dengan singkat, jelas, dan benar.
Pertanyaan:
1. Tuliskan alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk memasang bagian-bagian las oksi asetilena!
2. Tuliskan alat dan bahan yang digunakan untuk memeriksa sambungan dari kebocoran!
3. Sebutkan sambungan-sambungan apa saja yang mungkin mengalami kebocoran dan perlu diperiksa!
4. Uraikan cara pemeriksaan sambungan!
5. Tuliskan tanda-tanda adanya kebocoran pada sambungan!
6. Bagaimana menghindari terjadinya kebocoran pada sambungan?
Lembar jawaban
1. Alat yang perlu dipersiapkan untuk pemasangan adalah:
a. Kunci inggris atau kunci pas dengan ukuran yang sesuai
b. Kunci sok pembuka katup silinder
c. Obeng untuk melonggarkan dan mengencangkan klem slang.
2. Alat dan bahan yang digunakan untuk memeriksa sambungan dari kebocoran:
a. Kuas
b. Sabun
3. Sambungan-sambungan yang mungkin bocor dan perlu diperiksa adalah:
a. Silinder dengan regulator
b. Regulator dengan slang las
c. Slang las dengan pembakar
d. Pembakar dengan tip/mulut pembakar
4. Cara pemeriksaan sambungan adalah: Oleskan air sabun pada setiap sambungan dengan menggunakan kuas. Bocoran gas dapat diketahui dari adanya gelembung-gelembung air sabun pada sambungan, bahkan jika kebocoran cukup besar akan ditemui bunyi berdesis.
5. Tanda-tanda adanya kebocoran pada sambungan adalah: Bocoran gas dapat diketahui dari adanya gelembung-gelembung air sabun pada sambungan, bahkan jika kebocoran cukup besar akan ditemui bunyi berdesis.
6. Cara menghindari terjadinya kebocoran pada sambungan adalah sebagai berikut: Apabila terjadi kebocoran hendaknya mur penghubung atau klem slang dikencangkan lagi dengan menggunakan alat yang sesuai (kunci pas atau kunci Inggris).
D. Simbol dan Istilah Pengelasan
1. Simbol pengelasan
Simbol pengelasan berfungsi sebagai petunjuk dalam pekerjaan pengelasan sehingga hasil pengelasannya sesuai dengan perintah. Gambar berikut ini menjelaskan tentang macam-macam simbol pengelasan.
Gambar 5.32 Simbol Pengelasan
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Gambar 5.33 Simbol Pengelasan Sambungan Sudut (Fillet)
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Gambar 5.34 Simbol Pengelasan Sambungan Tumpul (butt)
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Gambar 5.35 Simbol Pengelasan Sambungan Tepi dan Sudut Luar
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
2. Istilah pengelasan
Industri pengelasan mempunyai istilah tersendiri dalam mengkomunikasikan informasi diantara welder, setiap orang yang terlibat dalam bidang pengelasan menggunakan bahasa dan istilah yang sama sehingga mereka dapat menginterpretasikan dan memahami pekerjaan sesuai dengan tuntutan.
Gambar berikut ini contoh bermacam-macam sambungan dan pengelasan tipe sambungan tumpul (butt joint):
Gambar 5.36 Macam-Macam Tipe Sambungan Tumpul
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Selain istilah pengelasan di atas, juga ada istilah-istilah lain yang harus dipahami pada sambungan tumpul dan sambungan sudut. Gambar berikut ini menjelaskan istilah pengelasan pada sambungan tumpul dan sambungan sudut.
Gambar 5.37 Istilah Las Pada Sambungan Tumpul
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Gambar 5.38 Istilah Las Pada Sambungan Sudut
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara singkat dan jelas!
a. Jelaskan fungsi simbol dalam pengelasan!
b. Jelaskan arti simbol pengelasan pada sambungan sudut (fillet joint)!
c. Jelaskan arti simbol pengelasan pada sambungan tumpul (butt joint)!
d. Jelaskan arti simbol pengelasan pada sambungan tepi dan sudut luar!
e. Jelaskan istilah pengelasan pada sambungan tumpul (butt joint)!
f. Jelaskan istilah pengelasan pada sambungan sudut (fillet joint)!
Lembar jawaban
a. Simbol pengelasan berfungsi sebagai petunjuk dalam pekerjaan pengelasan, sehingga hasil pengelasannya sesuai dengan perintah.
b. Simbol pengelasan sudut
c. Simbol pengelasan tumpul
d. Arti simbol pengelasan tepi dan sudut luar
e. Istilah pengelasan sambungan tumpul
f. Istilah pengelasan sambungan sudut
E. Persiapan Pengelasan dengan Proses Las Oksi Asetilena
1. Tekanan Kerja
Besarnya tekanan kerja yang digunakan untuk mengelas tergantung dari tipe pembakaran yang dipakai. Sebelum membicarakan masalah besarnya tekanan, terlebih dahulu kita bahas mengenai konversi antara beberapa satuan tekanan yang banyak digunakan pada regulator las oksidasi asetilena.
Satuan-satuan tekanan yang banyak dipakai adalah kg/cm2, bar (atm), Psi, dan kpa. Adapun konversi satuan tekanan tersebut di atas secara kasar adalah:
1 kg/ cm2= 0,97 bar
1 bar = 1,03kg/ cm2
1 bar = 1 atm
1 atm = 14,7 psi
1 psi = 6,8 kpa
1 bar = 10 kpa
Besarnya tekanan kerja pada pembakar antara pembakar injector dan pembakar mixer sangat berbeda, berikut ini besarnya tekanan untuk masing-masing tipe:
a. Pembakar tipe injector (tekanan rendah) diatur sebagai berikut:
1) Oksigen, besarnya tekanan kerja oksigen dapat dilihat pada mulut pembakar pada umumnya 2,5 atm.
2) Asetilena, besarnya tekanan kerja asetilena antara 0,3-0,5 atm.
b. Pembakar tipe mixer besar tekanan kerja untuk oksigen maupun asetilena adalah sama, yaitu antara 50 sampai 70 kpa.
Apabila satuan tekanan pada regulator Anda tidak sesuai dengan petunjuk di atas, maka konversikan terlebih dahulu sehingga harga/nilainya sama.
Prosedur mengatur tekanan kerja tidak dibenarkan menggunakan tangan atau alat-alat yang mengandung minyak/oli/gemuk. Adapun prosedur pengaturannya adalah sebagai berikut:
a. Memeriksa dengan teliti apakah katup pada regulator sudah ditutup.
Apabila belum, hendaknya ditutup terlebih dahulu, yaitu dengan cara untuk katup pembakaran baik katup oksigen maupun katup asetilena diputar searah jarum jam sampai habis, untuk katup regulator diputar berlawanan arah jarum jam sampai pemutaran terasa ringan.
b. Membuka katup silinder oksigen dengan kunci pembuka katup berlawanan arah jarum jam sehingga terbuka penuh.
c. Membuka katup silinder asetilena dengan kunci pembuka katup berlawanan arah jarum jam sebesar ½ sampai ¾ putaran, biarkan kunci pembuka katup menempel pada katup silinder asetilena.
d. Buka katup regulator oksigen dengan memutar baut pengatur searah jarum jam sampai jarum. Pada manometer tekanan kerja menunjuk pada angka yang dikehendaki (lihat besarnya tekanan kerja).
e. Lakukan seperti pada langka 4 di atas untuk regulator Asetilena, yang perlu diingat adalah tekanan kerja asetilena belum tentu sama dengan tekanan kerja oksigen.
f. Tekanan yang ditunjukkan oleh pengaturan langkah 4) dan 5) adalah tekanan manometer. Untuk mendapatkan tekanan kerja Anda harus membuka katup oksigen pembakar. Pada waktu membuka katup tersebut, jarum manometer tekanan kerja ada memungkinkan mengalami penurunan.
Apabila turun, naikkan dengan cara memutar baut pengatur regulator searah jarum jam sehingga jarum manometer menunjukkan angka yang dikehendaki. Jadi besarnya tekanan kerja adalah angka yang ditunjukkan oleh jarum manometer tekanan kerja pada waktu katup oksigen pembakar dibuka.
g. Lakukan hal yang sama dengan langkah 6 di atas untuk mendapatkan tekanan kerja asetilena. Setelah peserta dapat mengatur tekanan kerja dengan lancar, selanjutnya diminta untuk mengembalikan tekanan kerja menjadi nol dengan prosedur sebagai berikut:
a. Menutup semua katup Silinder
b. Membuang sisa-sisa gas melalui katup-katup pembakar
c. Setelah jarum pada manomerter menunjuk pada angka nol, kemudian tutuplah katup regulator dengan memutar baut pengatur regulator berlawanan arah jarum jam.
2. Menyalakan dan Mengatur Nyala Api
Macam-macam nyala api pada las oksi asetilena
a. Nyala api asetilena dengan udara luar
b. Nyala api karburasi
c. Nyala api netral
d. Nyala api oksidasi.
Dari keempat nyala api tersebut, ada tiga macam nyala api yang digunakan pada las oksi asetilena, yaitu nyala api karburasi, nyala api netral, dan nyala api oksidasi. Api yang paling sering digunakan adalah nyala netral seperti pada gambar berikut.
Nyala Api Netral
Nyala Api Karburasi
Nyala Api Oksidasi
Gambar 5.39 Macam-Macam Nyala Api Las
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Seperti telah disinggung pada pembahasan di atas, bahwa hanya tiga macam nyala las oksi Asetilena yang banyak digunakan untuk mengelas. Tanda-tanda dari ketiga nyala tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nyala karburasi. Nyala ini adalah nyala api akibat kelebihan asetilena. Kalau diperhatikan ada 3 bagian di dalam nyala tersebut, yaitu nyala inti, nyala ekor minimal, dan ujung inti nyala tumpul dan berwarna biru.
b. Nyala netral. Nyala api ini terjadi jika perbandingan pemakaian antara gas asetilena dan gas oksigen seimbang yaitu 1: 1,2. Pada nyala netral terdapat dua warna api yaitu berwarna biru agak keputih-putihan
c. Nyala oksidasi. Nyala oksidasi ialah nyala api akibat kelebihan oksigen. Nyala ini terdiri dari 2 bagian, yaitu nyala inti dan nyala luar.
Nyala ini berbentuk runcing dan berwarna biru terang/jernih
Kegunaan nyala api las oksi asetilena pada pengelasan adalah:
a. Nyala karburasi. Nyala api karburasi ini terutama digunakan untuk mengeraskan permukaan dan dapat juga digunakan untuk mematri keras baja karbon
b. Nyala netral Nyala api netral digunakan untuk las cair hampir semua logam.
c. Nyala oksidasi
Nyala oksidasi digunakan untuk memotong logam. Prosedur menyalakan api oksi asetilena adalah sebagai berikut:
a. Tutup semua katup, meliputi katup pembakar, katup regulator, dan katup silinder.
b. Buka katup silinder dan atur tekanannya sesuai dengan keperluan.
c. Memilih ukuran tip yang sesuai kemudian memasangnya pada pembakaran.
d. Membuka katup asetilena sedikit.
e. Menyalakan asetilena dengan korek api las, jangan sekali-kali menggunakan korek api lain.
f. Lanjutkan membuka katup asetilena perlahan-lahan sehingga tidak ada jarak antara nyala api dengan ujung tip dan nyala api berasap tipis.
Setelah mendapatkan nyala api awal campuran antara asetilena dengan udara luar, maka selanjutnya dilakukan pengaturan nyala api yang sesuai dengan tiga jenis nyala api sebagai berikut:
a. Nyala karburasi, untuk mendapatkan nyala karburasi, bukalah katup oksigen pembakar perlahan-lahan sehingga nyala api yang semula berwarna merah berangsur-angsur berubah memutih dan menjadi 3 bagian, yaitu nyala inti, nyala ekor, dan nyala luar. Apabila katup oksigen masih dibuka terus, nyala ekor akan semakin pendek. Sebelum nyala ekor mencapai panjang 1 kali nyala inti, dinamakan nyala karburasi.
b. Nyala netral, untuk mendapatkan nyala netral teruskan membuka katup pembakar perlahan-lahan sehingga nyala ekor tepat berhenti pada nyala inti.
c. Nyala oksidasi, diperoleh dengan melanjutkan membuka katup oksigen pembakar sehingga nyala inti semakin pendek, bentuknya runcing dan berwarna jernih.
Mematikan nyala api dilakukan dengan cara menutup katup asetilena pembakar. Setelah api mati, tutup katup oksigen pembakar selanjutnya untuk membuang sisa gas, dengan mengikuti prosedur berikut ini: a. Tutup katup silinder
b. Buang sisa gas melalui katup pembakar sehingga jarum pada manometer regulator menunjukkan angka nol, kemudian tutup lagi katup tersebut.
c. Tutuplah katup-katup regulator melalui baut pengatur regulator.
3. Membersihkan Permukaan
Kotoran-kotoran yang terdapat pada bahan/material sebelum dilas adalah karat, cat, dan minyak/oli, maka kotoran-kotoran itu harus dibersihkan sebelum dilakukan pengelasan. Bahan yang akan dilas harus bersih dan kering. Oleh karena itu, setelah menerima bahan, hendaknya diteliti lebih dahulu sebelum dilas.
Membersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara mekanik dan secara kimia. Pada umumnya pembersihan permukaan benda kerja yang akan dilas dilakukan secara mekanik. Membersihkan permukaan bahan secara mekanik dilakukan dalam beberapa cara tergantung dari jenis kotorannya.
Beberapa contoh membersihan permukaan secara mekanik:
a. Karat
Kotoran ini dapat dihilangkan dengan cara dikikir, disikat baik dengan sikat kawat maupun gerinda karat, atau digosok dengan kertas ampelas/ glass wool/jax, dll.
b. Cat
Cat yang menempel pada permukaan bahan dapat dihilangkan dengan cara disikat dengan gerinda kawat atau sikat kawat, digosok dengan kertas ampelas atau dihilangkan dengan tiner.
c. Oli/minyak.
Untuk membersihkan oli dapat menggunakan kain lap atau majun kemudian dibakar dengan nyala oksi asetilena. Kotoran yang sering terdapat pada permukaan benda kerja yang sudah selesai dilas dan harus dibersihkan adalah:
a. Scale, yaitu lapisan tipis yang terdapat pada permukaan lasan, juga terdapat pada permukaan benda kerja di balik lasan. Lapisan ini harus dibersihkan karena akan memberikan kesulitan pada pengerjaan akhir nanti.
b. Percikan/cipratan cairan logam yang menempel pada permukaan benda kerja. Percikan ini tidak banyak jumlahnya, meskipun demikian harus dibersihkan pula.
Hampir semua benda jika dipanaskan akan mengembang dan sebaliknya jika didinginkan akan menyusut. Demikian pula dalam proses pengelasan, selama proses pengelasan benda kerja akan mengembangkan dan setelah selesai pengelasan akan menyusut.
Akan tetapi karena pengembangan dan penyusutannya tidak merata maka akan terjadi perubahan bentuk. Banyak kerugian yang akan dihadapi apabila perubahan bentuk benda kerja ini dibiarkan.
Oleh karena itu, setelah selesai dilas benda kerja perlu diluruskan atau dikembalikan pada bentuk semula. Alat dan bahan untuk membersihkan dan membentuk kembali benda kerja yang sudah selesai dilas antara lain:
a. Sikat/gerinda kawat seperti pada gambar di bawah.
Alat ini digunakan untuk membersihkan scale dari permukaan. Gunakan sikat kawat untuk membuang scale, dapat pula digunakan bahan pasir, dan untuk logam nonferro dapat digunakan bahan asam nitrat.
Gambar 5.40 Alat-Alat Untuk Membersihkan Benda Kerja
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/Kelas_11_
SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
b. Peralatan dan Palu
Kedua alat ini bersama-sama digunakan untuk membuang percikan logam yang menempel pada permukaan benda untuk membentuk kembali benda kerja yang telah selesai dilas dapat menggunakan palu konde dan landasan. Di samping itu dapat pula digunakan ragum, sedangkan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya perubahan bentuk dalam pengelasan, maka sebelum benda kerja itu dilas sebaiknya diklem atau dilas catat secukupnya.
4. Mempersiapkan Bentuk Sambungan
Bentuk sambungan pada las oksi asetilena dipengaruhi oleh bentuk konstruksi dan tebal bahan yang akan disambung. Gambar berikut menunjukkan contoh-contoh bentuk sambungan yang banyak digunakan.
a. Sambungan tumpul. Sambungan tumpul kampuh I tertutup ini digunakan terutama untuk pelat-pelat tipis di bawah 1,5 mm. Sambungan tumpul kampuh I terbuka, digunakan pada sambungan-sambungan pelat yang mempunyai tebal antara 1,5 s.d 3 mm. Besarnya gap disesuaikan dengan tebal bahan yang dilas. Sambungan tumpul kampuh V terbuka, digunakan pada sambungan pelat yang mempunyai tebal antara 4,0 – 5,0 mm; besarnya gap kurang lebih 2 mm.
b. Sambungan sudut, terbagi menjadi dua, yaitu sambungan sudut luar dan sambungan sudut dalam.
c. Sambungan tumpang
d. Sambungan/pinggir, sambungan ini biasanya tanpa bahan tambah dan menggunakan plat/bahan yang tipis.
Gambar 5.41 Bentuk-Bentuk Sambungan
Sumber: https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_11smk/
Kelas_11_SMK_Teknik_Pengelasan_Oksi_Asetilena_3.pdf
Review
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah secara singkat, jelas dan benar.
Pertanyaan:
a. Uraikan prosedur untuk mengatur tekanan kerja!
b. Ada tiga macam nyala api las yang sering digunakan, tuliskan namanya dan jelaskan pengunaan setiap jenis nyala!
c. Uraikan prosedur memperoleh ketiga jenis macam nyala api las!
d. Tuliskan kotoran-kotoran yang perlu dibersihkan dari permukaan bahan yang akan dilas!
Lembar jawaban
a. Prosedur mengatur tekanan kerja
1) Membuka katup silinder oksigen dengan kunci pembuka katup berlawanan arah jarum jam sehingga terbuka penuh.
2) Membuka katup silinder asetilena dengan kunci pembuka katup berlawanan arah jarum jam sebesar ½ sampai ¾ putaran; biarkan kunci pembuka katup menempel pada katup silinder asetilena.
3) Buka katup regulator oksigen dengan memutar baut pengatur searah jarum jam sampai jarum pada manometer tekanan kerja menunjuk pada angka yang dikehendaki.
4) Lakukan seperti pada langkah di atas untuk regulator asetilena sesuai dengan angka yang dikehendaki
b. Jenis nyala api las oksi asetilena
1) Nyala api netral untuk nyala pengelasan
2) Nyala api oksidasi untuk pemotongan logam
3) Nyala api karburasi untuk las brazing
c. Prosedur untuk memperoleh tiga jenis nyala api:
1) Nyala api netral adalah oksigen dan asetilena sama besar
2) Nyala api oksidasi adalah oksigen lebih besar daripada asetilena
3) Nyala api karburasi adalah asetilena lebih besar dari pada oksigen
d. Kotoran-kotoran yang perlu dibersihkan dari permukaan bahan yang akan dilas adalah:
1) Lapisan karat pada permukaan pelat
2) Minyak dan oli
3) Oksida besi
Demikian materi teknik pengelasan oksi asetilin, jenis nyala api las oksi asetilen, peralatan las oxy -acetylene, yang bisa kami paparkan kepada sobat. Semoga bermanfaat.
0 Response to "Teknik Pengelasan Oksi Asetilin"
Post a Comment
Berkomentar dengan bijak dan sesuai topik artikel.